Namaku Edo. Saat ini aku kelas VII. Aku senang sekali bisa lulus SD meski nilaiku tak begitu bagus. Aku berjanji di SMP ini aku akan menjadi lebih baik. Aku akan rajin belajar, biar bisa membahagiakan orangtuaku.
Orangtuaku adalah petani. Sedari subuh mereka bangun tidur, shalat subuh dan bersiap-siap ke sawah. Tak lupa sarapan selalu disediakan simbokku.Â
Kami hidup prihatin. Yang penting bisa makan meski dengan lauk garam. Bapak simbokku selalu mengajariku untuk bersyukur. Tak lupa nasehat dari mereka agar aku rajin belajar biar kelak dewasa aku menjadi orang sukses dan bisa mengangkat derajat orangtua.Â
Selepas shalat subuh aku belajar sebentar. Dulu pas SD boro-boro belajar. Bangun subuh pun sulit banget. Tapi aku dinasehati guru agamaku, Pak Yadi, kalau pingin sukses maka aku harus perbaiki shalatku dulu dan belajar. Pak Yadi bilang juga kalau ingin lancar belajar maka lakukan setelah subuhan.Â
Aku adalah anak yang ceplas-ceplos tapi memiliki rasa penasaran tinggi, usil juga. Aku mempraktekkan nasehat beliau. Meski capaian nilaiku tak terlalu bagus tapi ketika ulangan IPA kemarin sudah sesuai KKM. Aku jadi lebih semangat belajar.Â
Tetapi kala pelajaran aku usil juga. Bercanda dengan teman. Ketika itu pelajaran IPS. Guru yang mengajar sangat cantik, bu Husna. Mengajarnya pun santai tapi aku memahami materi pelajarannya. Tetapi kalau materinya sejarah aku bingung. Hehehe...Â
Nah di tengah-tengah pelajaran, aku yang gojek atau bercanda dengan teman sebangkuku, aku tanpa sengaja mengacungkan jari tengah ke arah bu guru. Aku langsung ditegur sama bu Husna.Â
"Kenapa kamu mengacungkan jari tengahmu, Â Do?", tanya bu Husna. Aku hanya tersenyum tapi merasa takut juga. Pasti ada yang salah dengan yang kulakukan tadi. Ah.. Aku hanya meniru teman -temanku.Â
Sekian waktu aku tak menjawab pertanyaan bu Husna.Â
"Coba ini PR untukmu, Do. Coba kamu cari tahu maksud kalau kamu mengacungkan jari tengah seperti itu. Jangan-jangan  kamu tak tahu maksudnya".
Aku jadi merasa bersalah meski aku sebenarnya tak mengetahui maksud kelakuanku tadi. Aku jadi tak bisa konsentrasi. Bahkan ketika pulang pun aku masih memikirkan maksud kelakuanku tadi apa. Aku bingung mau tanya ke siapa. Aku harus bisa menjawab PR dari bu Husna. Minggu depan beliau mau menanyakan padaku.Â