"Iya, pak. Tadi saya Dhuha dulu... Maaf terlalu lama menunggu..." Jawabnya.
"Wah... Hebat sekali kamu, nak. Semoga dilancarkan semua ikhtiarnya. Ibu dan bapak cuma bisa mendoakan..." Ujar ayah.
"Aamiin. Semoga Sinta bisa meniru hal positif seperti itu..." sahut ibu.
Aku hampir tersedak mendengar harapan ibu. Aku tak melaksanakan shalat lima waktu. Paling- paling shalat kalau pas hari raya saja. Hahaaa... Aku dan Fahri bagai bumi dan langit.
"Sudah .. sudah. Kita sarapan dulu..." Ucap ayah. Dengan cekatan ibu mengambilkan nasi dan lauk ke piring ayah. Baru ibu mengisi nasi dan lauk ke piringnya sendiri. Aku meraih piring di depanku dan mengisinya. Aku segera melahap nasi dan lauk di piringku. Ibu mengingatkan aku,
"Sinta, lakukan seperti yang ibu lakukan tadi ya..."
What? Aku harus melakukan seperti yang dilakukan ibu? Tidak. Aku tak akan melakukannya. Aku bukan pembantu.
"Sudah, Bu. Dik Sinta sudah lapar. Saya bisa ambil sendiri..."
Ibu dan ayahku berpandangan dan menghela nafas.
***Bersambung***