Ku menuju gereja
Saat itu senja
Penuh dengan kaca berwarna
Bergambar Isa dan Salib-Nya
Pendeta mulai berkhotbah
Betapa suram jalan menuju Paskah
Anak Allah dihina
dengan tuduhan sesat, difitnah
sampai harus disalib ke Golgota
Masuk sinar sang surya
Memberi warna pada salib kaca
Merah, biru, kuning, jingga
Pendeta berkata, Isa,
dari awal Dia tahu Dia harus mati
Dia bisa menolak, tapi memilih tersiksa
Dia tidak dibunuh
Dia menyerahkan nyawa
Kuning cerah warna salib kaca
Jelas sekali salibnya
Sampai seperti ada yang tergantung disana
Semakin terbayang, Isa yang badan-Nya terluka
Semakin terbayang, Isa yang kepala-Nya berdarah
Setetes air jatuh menimpa tanganku
Kaget aku, mengira itu tetesan darah
Ternyata, itu air mata
Apakah aku menangis?
Apakah seperti murid-murid Isa yang bersedih,
Hilang harapan melihat Mesias yang mati
Ketika pesan kebangkitan masih samar-samar
Matahari mulai terbenam
Kaca berwarna cerah itu terpapar warna hitam
Salib itu semakin kelam
Pendeta berkata,
Isa menyerahkan nyawa dengan sukarela
untuk menjadi harapan bagi umat manusia
harapan itu telah nyata, dengan bangkit-Nya
Hari telah gelap gulita
Hitam sudah warna salib kaca
Sinar kaca berwarna itu telah sirna
Namun, terbit sinar baru dalam sukma
Sinar keselamatan, bagi manusia
Sinar dari Isa, dari wafat-Nya
kemudian bangkit-Nya
Sinar yang akan membawa
manusia berdosa pada Allah,
manusia berdosa tanpa hukuman,
tanpa penindasan
tanpa air mata,
ke Surga,
bagi orang percaya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H