Aku pria yang sudah sangat kaya. Karena itu kuputuskan, telah tiba saatnya melayani kehendak Tuhan.
AKU MENJADI TANGAN TUHAN
Jika kudengar bahwa di suatu tempat didirikan bangunan yang lebih megah dari rumah untuk Tuhan Allah-ku, ke sana akan kukerahkan laskar-laskarku. Runtuhkan, bakar, hancurkan.
Jika kudengar ada yang menyepelekan kitab suci-ku, kuperintahkan laskar-laskarku. Seret, cambuk, gantung di alun-alun
Jika kudengar di suatu tempat, ada yang menghina Tuhan Allah-ku, ke sana kukerahkan laskar-laskarku. Bunuh, penggal, binasakan.
AKU MENJADI BAYANG -- BAYANG TUHAN
Dan jika kalian bersujud bukan kepada Tuhan Allah-ku, maka kukerahkan laskarku ke rumahmu. Ludahi, maki-maki, hina, lemparkan ke lumpur.
Kalian semua, yang bersujud bukan ke Tuhan Allah-ku, adalah mahluk hina dina, calon penghuni neraka. Dan karena itu, aku berhak membinasakan kalian dari bumi ini, bumi yang suci yang diciptakan oleh Tuhan Allah-ku, tak ada ampun bagi kalian yang mencemari bumi ini.
AKU MENJADI HUKUM TUHAN
Aku adalah hukum Tuhan di bumi ini, itu akan kujalankan dengan lugas dan bahagia. Jika kulihat engkau mabuk, akan kutusuk lehermu. Jika kulihat kau berzina, kupotong pe***mu, dan jika kau mencuri maka kupotong tanganmu dan jika kau berbohong kupotong lidahmu.
AKU MENJADI SUARA TUHAN
Apa yang aku katakan, dengarkan dan lakukan. Apa yang aku ucapkan, percayai dan lakukan, sebab aku adalah suara Tuhan.
Saat usiaku menua, aku akan membusungkan dada karena aku sudah sempurna menjadi wakil Tuhan Allah di bumi ini. Aku sudah merajam orang yang menghina kitabNya, aku sudah memenggal orang yang menghina kemuliaanNya, aku sudah membinasakan orang yang tidak bersujud padaNya, aku sudah membakar rumah yang kemegahannya melebihi kemegahan rumahNya, aku sudah menghukum setiap orang yang melanggar hukumNya.
SURGA ADALAH UPAHKU
TADI MALAM AKU BERMIMPI
Dalam kegelapan malam, aku bermimpi dalam tidurku. Aku mendengar suara halus yang lembut.
Tangan Tuhan tidak untuk meruntuhkan, apalagi membakar. Tangan Tuhan tidak memegang tali untuk mencambuk dan menyeret, tidak juga ada pedang terhunus untuk memenggal. Tangan Tuhan semata adalah untuk mengusapkan kelembutan di wajah, melambai untuk memanggil kembali yang pergi dan tersesat, memeluk dan merangkul, sebab Tuhan adalah Sang Maha Pengasih. Tuhan adalah sumber kedamaian yang sempurna.
Bayangan Tuhan tidak untuk memaki, menghina, apalagi membinasakan. Bayangan Tuhan semata adalah tempat bernaung, sebab di situlah terdapat kesejukan yang sempurna. Tuhan itu maha sejuk.
Hukum Tuhan bukan untuk siksaan, semata-mata adalah panggilan untuk pertobatan, wahai engkau yang tersesat, kembalilah ke pangkuanKu. Hukum Tuhan bukan untuk melemparkan ciptaanNya ke api neraka, tetapi adalah petunjuk jalan ke haribaanNya.
Suara Tuhan adalah kelembutan dan kemurnian yang indah. Suara Tuhan adalah bujukan, panggilan untuk pertobatan.
Wahai mahluk yang sesat, kenapa engkau berpikir bahwa Tuhan Allah membutuhkan engkau untuk menjaga kehormatanNya, untuk menegakkan hukumNya, memelihara kesucianNya, dan menjaga kemulianNya, kenapa?
Mengapa engkau berpikir bahwa baktimu sudah sempurna, padahal yang kau lakukan adalah membakar, membunuh, memenggal, membinasakan, menusuk, menghina, memaki. Mengapa tidak sedetikpun engkau berpikir bahwa semua yang kau lakukan itu adalah pekerjaan kotor yang tidak mungkin direstuiNya?
Tuhan mencintai manusia  yang suka menolong, mengasihi, mencintai, manyayangi, mangajari, membimbing, melindungi, mendoakan, mengampuni, memaafkan.
Ketika Tuhan memanggil dengan kelembutan, memanjangkan sabar menanti mahluk ciptaanNya yang tersesat, agar kembali ke jalan yang menuju ke haribaanNya, lantas dengan bangga engkau memenggal kepala mahluk yang dinantikanNya itu.
Tiba-tiba suara itu menggelegarrrrr ....
Renungkan, wahai mahluk tidak tahu diri. Dengan tangan berlumuran darah, dengan mata nyalang penuh amarah, dengan mulut berbusa penuh makian dan kata kotor haram jadah, apakah engkau merasa layak menaiki tangga menuju surga, tempat Sang Maha Pengasih itu bertahta? ayo renungkan ......
Suara yang menggelegar membuat aku terbangun, peluh membasahi punggungku, aku masih hidup. Dan ... suara siapakah itu?
Lantas aku menangis, bagaimanakah hidup harus kulanjutkan? ..
Pertobatan ...... kata suara itu dari kejauhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H