Kata boikot berasal dari nama seorang agen pengelola tanah di Inggris, Charles Boycott. Sekitar tahun 1880, petani pengelola lahan memohon kepada Charles Boycott untuk menurunkan sewa penggarapan lahan pertanian.Â
Namun, permohonan petani tersebut ditolak. Tidak lama berselang,penolakan itu dibalas petani dengan menolak menggarap lahan, tindakan yang berhasil memaksa Charles Boycott mengalah. Di dalam KBBI, Memboikot /mem*boi*kot/ v : bersekongkol menolak untuk bekerja sama (berurusan dagang, berbicara, ikut serta, dan sebagainya).
Pengalaman Charles Boycott terulang kembali, di waktu yang sangat jauh berbeda, dan menimpa orang yang berbeda, Emanuel Macron. Meskipun dipicu oleh hal yang berbeda, tetapi menimbulkan dampak yang sama, seruan boikot terhadap produk Prancis.Â
Seruan yang sama bergaung kuat di Indonesia, tetapi kurang jelas yang hendak diboikot itu produk yang mana. Apakah seruan boikot berlaku untuk semua produk merek Prancis (banyak merek Prancis yang dibuat di Indonesia, apakah ikut diboikot?), atau seruan boikot hanya untuk produk yang masih diimpor langsung dari Prancis?.
Berikut daftar beberapa perusahaan Prancis yang beroperasi di Indonesia
- Michelin adalah konglomerasi yang memproduksi ban kendaraan. Konglomerasi ini berkantor pusat di Clermont, Prancis
- Airbus, merupakan perusahaan aviasi terbesar bersama dengan Boeing asal Amerika Serikat. Airbus bermarkas di Tolouse, Prancis.
- Accor, merupakan jaringan hotel yang beroperasi di ratusan Negara. Di Indonesia, Accor hadir dalam jaringan hotel dengan nama Ibis, Fairmont, Pullman, Novotel, dan Mercure
- Total, adalah salah satu perusahaan minyak terbesar di dunia. Perusahaan ini dikenal di Indonesia karena keberadaan SPBU di berbagai kota.
- Danone, perusahaan multinasional yang berbasis di Prancis, yang memproduksi kebutuhan rumah tangga. Di Indonesia, Danone menjadi pemegang saham pengendali PT Tirta Investama yang memproduksi minuman air mineral Aqua.Danone menguasai 74% sahamTirta Investama. Beberapa produk Danone yang sangat popular di Indonesia antara lain biskuit, susu bayi, makanan dan minuman nutrisi. Di Indonesia bisnis Danone terdiri dari tiga kategori utama, yaitu air minum dalam kemasan dan minuman non-karbonasi (Aqua, Mizona, VIT, VIT Levite); nutrisi untuk awal kehidupan (early life nutrition) dengan produknya, seperti SGM Eksplor, SGM Bunda, SGM Nutriday, Lactamil, Bebelac, dan Nutrilon); serta nutrisi medis. Di Indonesia, Danone memiliki lebih dari 15.000 orang karyawan yang tersebar di 22 pabrik.
Selain lima perusahaan tersebut, beberapa merek Prancis yang beredar di pasar Indonesia antara lain
- Otomotif: Peugeot, Renault, Citroen
- Kosmetik: Garnier, Loreal
- Fashion: Lacoste, Louis Vuitton, Chanel
- Alat Tulis: Bic
- Keuangan: BNP Paribas
Selain itu, Indonesia juga memiliki ketergantungan yang cukup besar dalam hal pengadaan alutsista, terutama senjata dan amunisinya.
Neraca perdagangan Indonesia ke Prancis selalu defisit di pihak Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2019 Indonesia mengalami defisit USD 411 juta.Â
Demikian juga data neraca perdagangan hingga Agustus 2020, masih tekor alias defisit di posisi Indonesia, yakni sebesar USD 190 juta. Dari sisi neraca perdagangan, seruan boikot total terhadap Prancis akan merugikan kedua pihak, dengan kerugian terbesar di pihak Prancis.
Tetapi, lihat sebagai contoh, di Indonesia, Danone memiliki lebih dari 15.000 orang karyawan yang tersebar di 22 pabrik. Seruan boikot total terhadap Prancis akan menambah jumlah pengangguran paling sedikit 15.000 orang, ini perlu menjadi bahan pertimbangan.
Ekspor utama Indonesia ke Prancis adalah: mesin dan alat listrik, minyak dan lemak, sepatu, karet dan produk karet, kopi, teh dan bumbu, furnitur, produk pakaian dan asesoris, minyak esensial, alat musik, serta produk perikanan.Â
Barang yang kita ekspor ke Perancis ternyata mayoritas adalah produk home industri dan bersifat padat karya. Nah, pertimbangkan reaksi boikot balik Prancis, yang pasti memukul telak industri rumahan yang padat karya itu, entah berapa banyak pengangguran yang bertambah.
Michelin, Accor, Total, kosmetik, fashion, Peugeot, Renault, dan Citroen mudah diboikot. Tetapi memboikot Airbus, Danone, dan alutsista, akan memukul kita lebih keras dibanding Perancis.
Suku cadang Airbus diboikot, maka lebih dari separuh penerbangan kita mati suri. Danone ditutup, pengangguran bertambah paling sedikit 15.000 orang, suku cadang alutsista diboikot, pertahanan kita mendadak rapuh.
Tetapi, jika kita siap dan sepakat menanggung semua resiko bersama-sama, ayo kita boikot total segala sesuatu tentang Prancis, produknya (semua merek), budayanya (boikot film dan musiknya), pendidikannya (suruh pulang semua pelajar Indonesia dari Perancis).Â
Saya siap (Produk Danone yang saya pakai hanya Nutrilion dan aqua, keduanya mudah diganti),... anda bagaimana?
Dan, saat dampak boikot total berbalik memukul kita, tolong jangan melulu menyalahkan Pemerintah ya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H