Kalau terhadap BLBI yang menilep duit 4,8 triliun, lhu itu, Tansil, hanya senilai sebiji jengkol. Kalau terhadap Pelindo-2 yang 6 triliun, lhu seperti kerupuk udang, seperti terasi jika dibandingkan ke skandal Century yang senilai 7 triliun.
Bandingkan sendiri ya, kalau terhadap Jiwasraya yang 13,7 triliun, lhu itu menjadi apa? Sekali lagi saya ingatkan, Tansil, jangan sok hebat merasa pintar mengibuli. Lhu itu pengecut karena melarikan diri, sedangkan orang sesudah lhu tidak ada yang melarikan diri, bahkan semua masuk tivi, mengacungkan jempol dan melambai.
Mari kita tunggu dan lihat, angka-angka di tahun-tahun mendatang pasti meningkat melewati angka psikologis berikut, 20 triliun.
Bagi supir angkot dan supir bus lintas Sumatera, berapapun angka-angka di tahun mendatang, semua itu recehan. Berapapun nol yang mengikutinya, semua itu recehan sebab bagi mereka nol itu adalah tidak ada.
Sopir angkot dan sopir bus lintas sumatera berhitung menggunakan jarak, jadi otak mereka tidak pernah sekarat, dan tetap sehat, walaupun mereka membaca di koran atau mendengar di tivi, bahwa sebuah kasus menyebabkan kerugian negara sebesar 500000000000000 rupiah.
Nah, kita semua tampaknya sudah menjadi sopir angkot, paling banter menjadi sopir bus lintas Sumatera, sebab kita semua, rakyat Indonesia, sudah tidak terkejut, apalagi menjadi marah, dengan angka-angka penggelapan triliunan rupiah. Bahkan, korupsi satu miliar kita sebut koruptor bodoh.
Selamat buat para sopir, sehat selalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H