Mohon tunggu...
Jonny Hutahaean
Jonny Hutahaean Mohon Tunggu... Wiraswasta - tinggi badan 178 cm, berat badan 80 kg

Sarjana Strata 1, hobby membaca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ragam Penderitaan Konsumen

21 November 2017   12:56 Diperbarui: 21 November 2017   13:02 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tetapi penderitaan konsumen di Indonesia bukan hanya disebabkan bobroknya pengelolaan jalan tol. Untunglah rakyat Indonesia itu hebat dan kuat, selalu bisa menemukan sisi humor dari suatu derita. Untung bukan lutut, begitu katanya saat jempol kakinya tergencet.

Dengan alasan nasionalisme, konsumen diminta untuk lebih mengutamakan produk dalam negeri. Tetapi kebalikannya, agar produsen dalam negeri lebih memperhatikan hak-hak konsumen, hal seperti itu tidak pernah atau belum pernah terdengar.

Ketika menagih uang polis asuransi, para sales sangat ramah dan datang berpakaian rapi dan tepat waktu. Giliran konsumen mengajukan klaim, semua yang berkaitan dengan perasuransian lenyap, atau paling tidak sangat sulit dihubungi. Pada surat kontrak, hal-hal sangat penting yang berkaitan dengan hak-hak konsumen dicetak teramat kecil, hanya bisa dibaca jelas oleh superman yang bermata bionic. Sambil juga beriklan  bahwa hanya orang bodoh yang tidak mengasuransikan dirinya. Bah ......Sesekali sih mereka menyiarkan pembayaran polis dalam jumlah besar, untuk iklan, terutama karena orang yang menerima polis memiliki pengaruh kuat, atau karena pejabat pemerintah, atau karena artis.

Derita yang lain?. Semua maskapai konsisten pada aturan bahwa penumpang yang datang terlambat akan ditinggalkan tanpa pengembalian uang. Tetapi mereka cukup minta maaf jika keberangkatan mengalami penundaan berjam-jam, dan permintaan maaf itupun cukup melalui mikrofon, barangkali sambil cekikikan mentertawakan betapa dungungnya calon penumpan itu. Apa yang mereka katakan ketika penerbangan mereka batalkan?, uang anda akan dikembalikan paling cepat setelah 14 hari kerja dengan potongan sekian untuk administrasi, bah.

Entah apa maksudnya, di swalayan atau supermarket tertera harga barang Rp. 1875, yang saya ketahui pecahan uang beredar yang terkecil adalah koin seratus rupiah. Ini derita yang lain lagi, sebab ketika saya bayar dengan uang Rp 2000, kembalian yang saya terima hanya sebiji koin seratus rupiah.

Tidak usah berteriak-teriak agar konsumen mencintai produk lokal, tetapi kalian para produsen lokal, cintailah konsumen itu, pasti konsumen akan membalas cintamu. Di manapun di jagad raya, cinta yang paling baik itu adalah cinta dua arah.

4. Penderitaan Tersembunyi.

Iklan-iklan di TV menjadi derita tersembunyi. Tampaknya tidak ada sensor, kalaupun ada hanya yang berkaitan dengan selangkangan.

"Kalau mau pintar dan banyak akal, minum susu ....". Kata sebuah iklan susu formula. Pada hal seperti yang diketahui orang paling bodoh sekalipun, satu-satunya jalan untuk menjadi pintar adalah dengan banyak belajar.

Kalau di iklan, tim dayung kita menjadi juara dunia karena, seperti anda sudah tahu, minum ekstra jos, diimbuhi lagi dengan kata "laki minum ekstra jos". Bah, kampret kau, saya tidak pernah dan tidak akan pernah minum ekstra jos, lalu kau sebut aku bukan laki?. Bahkan saya yakin, lelaki sejati tidak ada yang meminumnya, sebab lelaki sejati tidak memerlukan itu.

Sebuah operator seluler menawarkan begini di iklannya, gratis internetan seharian. Lhu yang membuat iklan itu yang bodoh, atau lhu memandang semua pemirsa TV yang bodoh?, memang orang tidak bekerja mencari nafkah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun