Mohon tunggu...
Jonny Hutahaean
Jonny Hutahaean Mohon Tunggu... Wiraswasta - tinggi badan 178 cm, berat badan 80 kg

Sarjana Strata 1, hobby membaca

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mencurigai Sejarah

2 November 2017   15:08 Diperbarui: 2 November 2017   15:16 970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sudah sejak lama saya curiga terhadap sejarah, terutama sejarah terbentuknya bangsa-bangsa. Pada semua buku-buku sejarah, sangat terasakan subjektivitas yang kuat dari siapa yang menulis, siapa atau apa yang mensponsori penulisan, dan apa tujuan sejarah itu dituliskan. Buku sejarah tampaknya selalu hanya menuliskan setengah dari kejadian, setengah kejadian yang lain terkubur dalam kegelapan sampai suatu saat entah kapan ada yang berhasrat menggali dan mengangkat ke permukaan, entah untuk alasan apa.

'1. Penipuan sejarah

Tengoklah buku sejarah tentang benua Amerika. Dikatakan di situ bahwa benua itu pertama kali ditemukan oleh Christoper Colombus entah tahun berapa saya lupa. Itu membuat saya tercengang dan heran, apakah benua itu beserta seluruh mahluk hidup di dalamnya pernah hilang? Bukankah benua itu sudah ada di situ dan sudah dihuni beragam mahluk hidup bersamaan dengan semua benua lainnya di tempat lain, jauh sebelum siapapun yang datang dari luar menginjakkan kaki entah di bagian mana di benua itu?. Mengapa buku sejarah harus menuliskan bahwa benua itu ditemukan oleh Colombus?. Pasti ada kepentingan dan tujuan yang mendasarinya.

Tengok juga buku sejarah pelajaran kelas 3 SMA. Dikatakan di situ bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan (2000 -- 1500 SM), kalau dulu waktu saya sekolah SMP tahun 70-an, katanya nenek moyang bangsa Indonesia datang dari Hindia Belakang. Saya bingung, berapa persenkah kemiripan saya dengan orang-orang Yunan atau dengan orang-orang dari Hindia Belakang itu?

Tetapi yang paling membingungkan saya adalah pertanyaan ini : jika nenek moyang bangsa ini datang dari Yunan atau dari Hindia belakang, sebelum mereka datang apakah di kepulauan Nusantara sunyi senyap tidak ada penghuni manusia? Apakah Nusantara ini tidak punya sejarah kehidupan  sebelum orang-orang dari Yunan atau dari Hindia Belakang tiba?. Pertanyaan lain, siapa nenek moyang orang-orang yang dari Yunan dan yang dari Hindia Belakang itu?.

'2. Fakta Lain

Tulisan Radhar Panca Dahana di Harian Kompas 30/10/2017 mendukung kecurigaan saya bahwa buku sejarah hanya berisi setengah dari peristiwa, dan ditulis untuk sebuah maksud tersembunyi, hegemoni. Ya, menanamkan atau membangun hegemoni.

Penghuni awal kepulauan ini, bangsa Australomelanesia telah melaut sejauh 70 km untuk mencapai dan menghuni Australia dan  ke barat menyeberangi samudera Hindia pada 3000 SM. Kitab kuno Geographiea Syantaxis karya Ptolemeus menyebut kota Baroussai (Barus) sebagai penghasil kapur wangi (kamper) yang digunakan membalsem raja Mesir, Ramses II, pada 5000 SM. Batu purba di lembah Bada (Sulawesi Tengah) dan Goa Pasemali (Sumatera Selatan) yang mengukir gambar seorang perwira perang mengendarai gajah, batu itu bertarikh 3000 SM. Fosil-fosil manusia Liang Bua (Hono Floresiensis) dari masa 94000 -- 13000 SM, dari Manggarai dan Flores. (Kompas, 30/10/2017, Radhar Panca Dahana).

Semua bertarikh jauh sebelum kedatangan orang-orang dari Yunan (2000 -- 1500 SM) yang di buku sejarah dikatakan sebagai nenek moyang kita.

Kalau begitu perlu dilontarkan pertanyaan, mengapa Colombus harus dinobatkan sebagai penemu benua Amerika?, mengapa orang Yunan harus dinobatkan menjadi nenek moyang kita?

'3. Membangun Hegemoni

Sejarah yang menobatkan Cristhofer Colombus sebagi orang yang pertama menemukan benua Amerika menjadi sangat menggelikan, di luar rasio dan sangat tidak ilmiah. Tetapi sejarah seperti itu berguna untuk membangun hegemoni yang bertujuan untuk kolonisasi. Jika benua Amerika ditemukan oleh Colombus yang orang Spanyol, maka benua itu menjadi milik dan hak kerajaan Spanyol. Adagium siapa yang menemukan dia yang berhak bisa diberlakukan sempurna dan tuntas, kolonialisasi.

Sejarah yang mengabaikan keberadaan manusia-manusia penghuni nusantara sebelum kedatangan orang-orang Yunan pada 2000 -- 1500 SM, dan lalu menuliskan bahwa orang Yunan menjadi nenek moyang kita, adalah sejarah yang patut dicurigai dan dipertanyakan. Hal itu dapat membangkitkan paradigma yang menempatkan kita sebagai subordinat dari mereka, menempatkan kita sebagai bangsa kelas dua, bangsa yang bukan leluhur. Menanamkan dalam pikiran bahwa kita hanya bagian dari sejarah mereka, bahwa perjalanan kita sebagai bangsa baru sekelas anak ingusan, anak kemaren sore.

Bahwa sejarah hanya mencatat setengah dari peristiwa, dapat dilihat sebagai berikut: sejarah hanya mencatat kedatangan orang dari luar ke nusantara dan menjadi leluhur di kepulauan ini, tetapi tidak mencatat orang-orang dari kepulauan nusantara yang merantau ke suatu tempat nun jauh di sana dan menjadi leluhur di sana. Tengok bukti-bukti historis yang dikemukakan Radhar Panca Dahana pada tulisannya di harian Kompas tersebut.

Saya yakin, meski sulit saya buktikan, jika saya menghabiskan sisa hidup untuk melacak asal-usul dan leluhur yang paling purba, saya tidak perlu pergi ke Yunan, propinsi di barat daya RRC itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun