Sejarah yang menobatkan Cristhofer Colombus sebagi orang yang pertama menemukan benua Amerika menjadi sangat menggelikan, di luar rasio dan sangat tidak ilmiah. Tetapi sejarah seperti itu berguna untuk membangun hegemoni yang bertujuan untuk kolonisasi. Jika benua Amerika ditemukan oleh Colombus yang orang Spanyol, maka benua itu menjadi milik dan hak kerajaan Spanyol. Adagium siapa yang menemukan dia yang berhak bisa diberlakukan sempurna dan tuntas, kolonialisasi.
Sejarah yang mengabaikan keberadaan manusia-manusia penghuni nusantara sebelum kedatangan orang-orang Yunan pada 2000 -- 1500 SM, dan lalu menuliskan bahwa orang Yunan menjadi nenek moyang kita, adalah sejarah yang patut dicurigai dan dipertanyakan. Hal itu dapat membangkitkan paradigma yang menempatkan kita sebagai subordinat dari mereka, menempatkan kita sebagai bangsa kelas dua, bangsa yang bukan leluhur. Menanamkan dalam pikiran bahwa kita hanya bagian dari sejarah mereka, bahwa perjalanan kita sebagai bangsa baru sekelas anak ingusan, anak kemaren sore.
Bahwa sejarah hanya mencatat setengah dari peristiwa, dapat dilihat sebagai berikut: sejarah hanya mencatat kedatangan orang dari luar ke nusantara dan menjadi leluhur di kepulauan ini, tetapi tidak mencatat orang-orang dari kepulauan nusantara yang merantau ke suatu tempat nun jauh di sana dan menjadi leluhur di sana. Tengok bukti-bukti historis yang dikemukakan Radhar Panca Dahana pada tulisannya di harian Kompas tersebut.
Saya yakin, meski sulit saya buktikan, jika saya menghabiskan sisa hidup untuk melacak asal-usul dan leluhur yang paling purba, saya tidak perlu pergi ke Yunan, propinsi di barat daya RRC itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H