Aku, seorang pria jantan yang menjadi tangan kanan Tuhan Allah di Bumi ini.
Ketika telingaku mendengar hujatan terhadap Tuhan Allah, ke sana kukerahkan pasukanku. Bakar, runtuhkan, habisi.
Dan, di kala lain aku dengar sebuah bangunan yang lebih megah dan lebih tinggi dari rumah Tuhan Allahku, ke situ kukerahkan laskar-laskarku. Runtuhkan, hancurkan.
Akulah bayangan sang Maha Kuasa di Bumi.
Dan, aku lihat sekelompok manusia yang tidak mensujudi Tuhan Allahku, laskar-laskarku akan bergerombol ke sana. Basmi, binasakan.
Bah, apalagi jika sekelompok manusia justru bersujud ke Tuhan Allah lain yang bukan Tuhan Allahku, laskar-laskarku pasti mengamuk dan, bunuh semua, binasakan sampai anak-anaknya yang terkecil.
Akulah hukum Tuhan Allah di Bumi
Aku tetapkan bahwa kau telah menista Tuhan Allahku, laskarku akan bertindak: bunuh, salibkan, potong tangannya, usir
Aku lihat kalian di rumah, bersujud bukan ke Tuhan Allahku, laskarku akan segera tiba. Bakar, hancurkan
Aku adalah bayanganNya, aku jualah suaraNya. Aku menjadi mata pedangNya, aku jualah hakimNya
Kini, di usia tua menjelang ajal, aku dapat berdiri membusungkan dan menepuk dada. Aku adalah kekasih tercinta Tuhan Allahku, sepanjang hidup telah kubaktikan diriku padaNya. Aku meninggalkan dunia ini entah kapan, tetapi pasti di dalam senyum kebahagiaan dan kemuliaan.
Tadi malam aku bermimpi, kudengar suara halus dari relung kegelapan.
Hei, bayangan Tuhan Allah itu selalu untuk menaungi dan melindungi. Suara Tuhan Allah selalu suara tentang ketulusan cinta, suara yang mendamaikan. Dan, tidak ada pedang di tanganNya, di genggaman tanganNya hanya kasih dan kedamaian. TanganNya diulurkan hanya untuk menolong
Mengapa engkau merasa telah berbakti padaNya? sementara yang kau lakukan hanya membunuh, membakar, merusak, meruntuhkan, membinasakan, menyalibkan, memotong tangan, dan mengusir.
Kekasih tercintaNya adalah manusia yang menolong, mengasihi, mencintai, menyayangi, mengajari, membimbing, melindungi, mendoakan, mengampuni, memaafkan.
Hei … halo …. siapa di situ? …… sepi.
Aku terbangun, aku masih hidup
Kini, bagaimanakah hidup harus kulanjutkan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H