Ada beberapa kampung yang dilalui Jalan Presiden itu, jalur Labuan Bajo Golo Mori, yaitu Gorontalo, Nanga Na'e, Nalis, Cumbi dan Kenari.Â
Kampung CumbiÂ
Saya narasiksn khusus kampung ini. Posisinya agak di ketinggian. Saya sebut istimewa karena geo positionnya. Sudah ada jalan raya Provinsi lewat di tengah kampung Cumbi itu sejak lama sebelum rencana jalan besar ini . Tapi belum aspal hotmix. Warga kampung mengeluh. Dari situ tembus kampung Kenari dan Warloka di pantai yang berhadapan dengan pulau Rinca dimana pulau itu sebagai salah satu habitat varanus Komodo.Â
Rupanya dari hasil riset pembuat jalan besar & lebar (yang dulunya disebut Jalan Tol) sejak tahun 2018, ternyata para ahli dan petugas teknis lebih memilih jalur di luar kampung Cumbi. Maka Februari tahun 2020 dipilihlah jalur di luar kampung Cumbi, dan telah diketahui & disetujui kampung sekitarnya, Nalis, Cumbi dan Kenari. Kondisi tanah di jalur luar kampung Cumbi itu cukup landai dan rata. Pas benar untuk jalan besar itu. Itu berdasarkan survey para ahli.
Dengan alasan survey itu maka alur jalan besar itu tidak mengikuti jalan lama Provinsi di tengah kampung Cumbi. Konjuntur tanah kampung itu berposisi di ketinggian, apalagi terdapat beberapa tikungan tajam di dalam kampung. Selain itu, jika dipaksakan maka akan terjadi penggusuran banyak rumah penduduk dan gedung gereja, sehingga biayanya mahal serta merepotkan banyak warga. Itu pertimbangan Pemerintah untuk memperhatikan rakyatnya di Cumbi, dan menjadi kesepakatan warga 3(tiga) kampung tanggal 22 Februari 2020 itu.
Cumbi Rest Area
Kenapa saya sebut kampung Cumbi tadi istimewa? Dari aspek pariwisata dan pertumbuhan ekonomi, kampung ini amat sangat ideal sebagai rest area, yaitu tempat istirahat sejenak setelah lelah berkendaraan di jalan besar. Posisi untuk rest area ini cocok sebagai tempat santai ngopi, belanja souvenir, bahkan bisa nginap di home stay. Saya melihat perbandingannya di Bali dan Jawa serta di luar negri seperti itu.
Dalam kunjungan blusukan Bupati Edi Endi kemarin tanggal 28 Februari 2022, di hadapan masyarakat Cumbi, beliau menyampaikan tahap pengerjaan Jalan Besar itu saat ini. Bukan lagi tahap rencana, karena tahap rencana itu sudah matang bulan Februari 2020. Sebentar lagi jalur jalan besar 23m itu ada di jalur luar kampung, dan sekaligus Bupati buatkan jalan hotmix di tengah kampung selebar 3,5 m.Â
Keinginan warga kampung akan jalan hotmix dipenuhi Bupati Edi Endi. Pengerjaan jalan hotmix 3,5m itu dimulai tanggal 1 Maret 2022. Bupati dalam penyampaiannya "mengimpikan bahwa kampung Cumbi nanti akan berkembang sebagai rest area, yang memungkinkan pertumbuhan ekonomi pariwisata. Ini peluang untuk warga".Â
Saya sendiri dan DR. Bernadus Barat Daya, S.H, (BBD) yang turut hadir dalam pertemuan ini sebagai pihak dari asekae Cumbi (saudara) keluarga besar kami, memahami maksud baik Bupati Edi. Kami lama di rantauan, saya pernah tinggal di Bali selama 30an tahun, BBD lama di Jakarta. Warga Cumbi berterimakasih pada kebijakan Bupati Edi, karena pada saat bersamaan, jalan hotmix 3,5m di tengah kampung Cumbi dikerjakan.Â
Karena memahami hal itu, yaitu akan menjadi rest area, kalau boleh saya usul agar nama kampung Cumbi ini dibaptis ulang menjadi Cumbi Rest Area. Saya bermimpi bahwa asekae daku (sesama saudara saya) di kampung Cumbi Rest Area ini akan sejahtera ekonominya, seni budayanya terpelihara, sehat walafiat, seperti terbukti begitu di pulau Bali dan pulau Jawa serta negara maju di luar negri.
Yang tidak bisa diterima Bupati atau sebagian besar kita adalah adanya semacam suara paksaan dari beberapa warga kampung agar jalan lebar 23m itu lewat di tengah kampung. "Harus, harus, harusss... kalau tidak lewat di tengah kampung, kami hadang untuk batalkan jalan besar itu", kata beberapa orang saat pertemuan dengan Bupati Edi, yang didampingi Camat dan Vikep Keuskupan Romo Rikard Manggu . Sebagian besar warga kampung tidak setuju pendapat mereka, dan Bupati tidak bisa mengakomodir keinginan itu demi bonum commune sesuai perencanaan jauh sebelumnya.