PLT = Pusat Listrik Tenaga. Â Lalu singkatan itu menjadi PLT Panas bumi, kadang disingkat PLTP saja. Kata internasional 'panas bumi' adalah geothermal. Bahasa daerah Manggarai Flores, termasuk di Wae Sano untuk 'geothermal' adalah "kolang tana lino". Di bagian panas bumi itu, di permukaan, biasanya ada mata air panas, mendidih, panas sekali.Â
Ada seruan sekelompok insan zaman now , yaitu "Menjaga & memelihara alam ciptaan". Seruan ini membuat saya merefleksi, "sesungguhnya bagaimana sih
memanfaatkan alam ciptaan atau menjaga bumi itu? Dengan kata lain, "Bagaimana sih memanfaatkan bumi  dan bagaimana 'menjaga bumi'?
Dari salah satu buku kuno (Genesis) tertulis bahwa "manusia memanfaatkan bumi ! Dengan cara bagaimana? Dengan cara tinggal di bumi, hidup dengan makan buah-buahan dari pohon yang tumbuh di permukaan bumi. Banyak pohon buah itu. Lalu bagian mana dari bumi perlu dijaga? Â Kecil saja, yaitu tanah tempat tumbuhnya satu pohon, dan manusia disuruh menjaga pohon itu dengan cara "jangan makan buahnya". Biarkan aslinya ! Jangan manfaatkan. Pohon itu terletak di tengah.
Dari buku kuno itu juga tercatat bahwa manusia itu dalam keadaan asli, tidak ada penutup badan (pakaian), telanjang, tidak tahu malu. Bebas merdeka.
Sampai di sini, maaf, manusia itu tak ada bedanya dengan hewan kan? Monyet misalnya. Mereka telanjang, hidupnya dengan memakan buah dari pohon di muka bumi. Bedanya, monyet diciptakan untuk berkembang biak.
Lalu, manusia Hawa melanggar perintah. Ia tidak menjaga pohon dan buahnya yang satu itu, malah ia "manfaatkan" dengan makan buahnya. Buah itu juga dikasi ke manusia Adam. Lalu Sang Pencipta bumi bilang, "Hei, kamu keluar dari sini, pergi, mulai sekarang hidupmu dengan memanfaatkan apa saja di bumi". Include pohon yang tadinya dilarang itu 'kan? Sejak saat itu manusia tidak disuruh untuk menjaga apapun yang ada di bumi. Manfaatkan ! Manfaatkan ! Juga ia disuruh berkembang biak dengan manfaatkan 'anu'. Anu yang dimaksud itu adalah alat kelamin, yang dalam bahasa masyarakat Wae Sano, Kec.Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat, "kope " untuk anu pria, dan "bako kope" untuk anu wanita.
Masih di Alkitab: Â area yang tidak dimanfaatkan itu tempat tinggalnya Iblis !
Pertanyaannya: Koq Hawa bisa manfaatkan bagian yang dilarang di bumi itu? Ooo,ternyata selain Adam dan Hawa, ada juga penghuni lain yang bernama Setan atau Iblis. Ia tinggal di tempat yang dilarang tadi. Ia diijinkan Sang Pencipta. Apa makanannya? Buah-buahan? Bukan ! Dedaunan pohon? Bukan ! Akar pohon? Bukan! Kalau begitu apa? Ternyata di dunia ini tempat dia berburu jiwa manusia. Tempat tinggal tetapnya di Neraka. Ia mempengaruhi manusia untuk melanggar maunya Sang Pencipta, sehingga jiwanya masuk tinggal bersama dia di Neraka setelah mati. Di dunia ia tinggal di tempat yang tidak boleh dimanfaatkan.
Seruan menjaga keaslian bagian bumiÂ
Lalu zaman now mulai muncul seruan kelompok tertentu untuk "menjaga & memelihara, merawat bumi dan seluruh ciptaan.Â
Bagaimana caranya? Tanam pohon. tolak tambang, tolak PLT Geothermal, perlindungan kawasan hutan dan satwa tertentu, dan seterusnya.
Menurut anda, apakah ini berhasil? Gerakan perawatan bumi ini muncul ketika sudah banyak terjadi pertambangan, penebangan pohon dimana-mana  exploitasi dimana-mana. Manusia zaman ini sudah mengkonsumsi hasil pemanfaatannya seperti gas, bahan bakar, besi, aluminium, semen, dan seterusnya. Hasil pertambangan itu memunculkan mobil, pesawat terbang, bangunan tembok, bendungan  dan sebagainya.
Dari kondisi zaman now, tampaknya seruan merawat bumi itu tidak akan berhasil. Paling yang berhasil adalah jenis tambang di tempat yang dominan mencemari kehidupan manusia dan satwa lainnya, tanam pohon, dan lain-lain.
Lebih jauh nih, seruan itu tidak akan berhasil karena justru menolak perintah Sang Pencipta untuk memanfaatkan apa yang tersedia di bumi. Sedangkan tempat yang dilarang adalah tempat nongolnya setan seperti di taman tempatnya manusia pertama itu. Dia baru pergi setelah godaannya berhasil, yaitu manusia "manfaatkan". Ya to!
Cara tepat menjaga keaslian bagian bumi menurut Alkitab
Mau manfaatkan dengan cara apa agar semua ciptaan di bumi terpelihara? Makanlah hanya buah-buahan saja, tidak naik mobil karena cukup dengan jalan kaki saja, tidak naik burung besi, kalau pergi ke pulau lain harus naik perahu kayu. Bila perlu untuk bagian ke-malu-an cukup ditutup dengan dedaunan saja. Atau paling extrim adalah telanjang. Ngeri ! Anda mau?
Geothermal Wae Sano, bagian bumi yang tidak dimanfaatkan?
Lalu rencana PLT Geothermal Wae Sano di Kab.Manggarai Barat, Propinsi NTT? Kelompok yang berseru "merawat bumi" itu menolaknya dengan alasan merusak bumi, merusak manusia, merusak kehidupan. Kelompok penolak ini sehari-hari makan nasi, daging hewan ciptaan, bukan makan buah, pergi ke tempat lain pakai kendaraan yang dibuat dari besi, naik burung besi (pesawat)  tinggalnya di kota, bahkan ada dari mereka buka usaha SPBU untuk jual bahan bakar dari pertambangan minyak  bumi, di rumahnya pakai penerangan listrik, bukan nyala api kayu bakar, pakai hape hasil industri. Pakaian rapi stel dalam dengan ikat pinggang keren, tahu malu, tidak telanjang, minimal tidak ada dedaunan untuk tutup ke-malu-an mereka. Dalam kehidupannya, ternyata para penolak ini memanfaatkan semua hasil dari semua yang ada di bumi.
Masyarakat adat Wae Sano sudah setuju PLT Geothermal
Sesungguhnya seluruh warga Wae Sano saat ini sudah setuju memanfaatkan PLT Geothermal di wilayahnya. Itu yang saya tahu. Hambatan untuk explorasi dan exploitasi PLT Geothermal Wae Sano itu sudah selesai. Uskup sudah setuju. Bank dunia siap kucurkan dana karena semua persyaratan sudah komplit. Ada 9(sembilan) butir tuntutan masyarakat, dirumuskan oleh mereka sendiri, Bupati Edi bawa ke Bank Dunia /Investor, semuanya disetujui. Sekarang tinggal mengikuti schedule pengerjaan. Nah, apanya lagi? Potensi PLT Geothermal Wae Sano bisa mencukupi kebutuhan listrik masa depan, pada saat mana nanti batubara dan fosil sudah tidak cukup tersedia untuk energi listrik.Â
Pasal 33 UUD 1945, "bumi, air, dan kekayaan alam di dalamnya dikuasai oleh Negara"
Itu artinya bahwa geothermal itu sebagai salah satu kekayaan alam yang terkandung didalam bumi Indonesia, bisa dimanfaatkan dalam penguasaan Negara. Kekayaan alam itu bukan milik kelompok masyarakat tertentu, apalagi perorangan.
Saya copas isi pasal 33 UUD 1845 tersebut sebagai berikut:
1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
Rumusan itu cukup jelas. Masyarakat adat juga sudah sepakat. Artinya penguasaan Negara tersebut telah melibatkan masyarakat secara kekeluargaan. Dengan demikian maka penolakan lompok tertentu maupun perorangan tidak mempunyai dasar hukum yang kuat.
Pembela Iblis untuk tidak petik manfaat
Kalau geothermal Wae Sano dibiarkan apa adanya, biarkan asli, dijaga keasliannya, Â dilarang 'petik buahnya/manfaatnya untuk "dimakan" oleh manusia, maka dengan mengikuti Kitab Kejadian tadi berarti di sana Iblis itu dibiarkan tinggal dan dijaga supaya ia tetap nongol di situ. Â Anda demo ke pemerintahan supaya geothermal Wae Sano dijaga, dibiarkan aslinya, maka logikanya adalah: anda pendemo atau LSM Pembela Iblis supaya Iblis itu tetap tinggal di geothermal Wae Sano". Jadi, anda bukan pembela hak azasi manusia di sana untuk menikmati geothermal itu. Anda mau menjaga keasliannya, itu berarti menjadi security Tuan Iblis. Busyeeet!Â
Yah, maaf ya, PLT geothermal Wae Sano yang dihubungkan dengan Kitab Kejadian ini bukan ilmiah, tapi logika lurus mengikuti apa yang tercatat dalam Alkitab itu.
* Yah, sambil seruput KOPI PERUBAHAN di Labuan Bajo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H