Mohon tunggu...
Jon Kadis
Jon Kadis Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Hobby baca, tulis opini hukum dan politik, sosial budaya.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Seruput Kopi Pengalaman Seorang Anak NTT di Rantauan, Modal Nekat!

29 Januari 2022   18:53 Diperbarui: 30 Januari 2022   13:25 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bahasa yg sopan dan benar selalu membuka pintu rezeki di alam semesta, tanpa tangan kita membukanya", itu pesan yang saya timba waktu itu, tersimpan hingga kini. Tapi dalam perjalan selanjutnya tidak semulus itu. Bahasa yang benar tentang kebenaran tak luput dari salah sangka bahkan dihina. Tak apalah. Senyum saja agar hati tetap bebas di arungan alam semesta kehidupan ini. Sukses di depan menunggu soalnya! Serta ditunggu sesama yang perlu dilayani. 

Dalam perjalanan waktu saat kerja paruh waktu saat kuliah itu, pada akhirnya saya selesaikan kuliah S1 di fakultas hukum di Universitas Udayana.

Ketika Pak Johny G.Plate asal Manggarai Flores itu tatap muka dengan perantau Flobamora di Bali beberapa tahun lalu ketika pertama kali bliau mau maju DPR RI, yang kini sudah menjadi salah satu Mentri Presiden Jokowi, ternyata ia mengatakan pengalaman perantauan yang hampir sama, lokus di Jakarta. Bahkan terkesan ia lebih fight dalam kegetiran perjuangan di rantauan Ibukota. Saya ingat perkataannya, "kita merantau harus berhasil, tapi dalam tutur bahasa yg sopan dan benar. Pakai otak dan hati. Saya ini sudah pernah tidur di lantai tanpa alas koran. Sudah biasa. Tuhan menciptakan otak manusia sama saja. Bagi kita perantau yang miskin tapi nekat dari NTT, modal utama kita adalah kejujuran dan doa! Saya begini tidak tiba-tiba begini. Kini hidup saya mau berbagi untuk sesama. Biasa-biasa saja! Tutur bahasa budaya kita yamg betnilai tinggi jangan diabaikan seperti peribahasa bagai kacang lupa kulitnya. Jangan!".

Ucapannya itu mendapat applaus yang panjang dari 500an hadirin perantai di aula hotel Denpasar Timur waktu itu. Apa yang dia capai sekarang, yaitu dipercayakan untuk membantu Presiden melayani bangsa, hal yang biasa saja baginya. Itu hal yang amat patut kita bangga.

Menjadi sukses itu tidak muncul secara tiba-tiba, tapi dengan perjuangan. Perjuangan dari lantai dasar itu yang jarang diketahui org. Tidak dengan menghina orang dengan kata-kata yang tidak sopan, tapi dengan menghormati sesama dengan bahasa yang sopan. Dan jangan pernah melupakan siapa-siapa yang membantu kita pada saat kritis, meski mereka berkata 'lupakan kami', karena saat itu yakinlah, Tuhan ada pada mereka. Dengan itu maka hidup ini sesungguhnya tidak sendiri, tapi ada sebuah kekuatan yang menyertainya. Persolannya adalah bagaimana menemukan kekuatan itu pada sesama. Sepanjang takut kehilangan kasih Sang Pencipta, hampir pasti kekuatan kasih Sang Pencipta itu akan membawa ke jalan yang membahagiakan. Jalan itu simple-simple saja, tapi kadang mulus kadang penuh kerikil tajam penuh duri.

Ibarat pengalaman perantauan di atas adalah kopi kehidupan, maka kisah itu saya kasi judul "Seruput Kopi Pengalaman seorang anak NTT di rantauan, modal nekat!", sambil saat ini beneran seruput kopi malam saat hujan gerimis di Labuan Bajo,Flores, NTT, menjelang akhir bulan Januari 2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun