Mohon tunggu...
Joni RadaPraing
Joni RadaPraing Mohon Tunggu... Administrasi - Manajemen di RSUD Waibakul

Mahasiswa Fakultas Keperawatan Unair Hobi Musik dan Kegiatan Sosial. Suka Berteman dengan orang lain

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kekerasan pada Anak

27 Mei 2023   20:05 Diperbarui: 27 Mei 2023   20:11 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

World Health Organization (WHO) tahun 2018 melaporkan sekitar 200.000 pembunuhan remaja terjadi di setiap tahunnya, dengan tingkat terendah 0,9 per 100.000 di negara Eropa dan yang tertinggi 36,4 per 100.000 di negara Amerika Selatan (Rice, 2015). Menurut Pusat Pengendalian Penyakit AS, secara global pada tahun 2013, kematian karena kekerasan di antara remaja termasuk peringkat keempat sebesar 5,5% (Kann et al., 2018). 

Data Korban Kekerasan di Indonesia pada tahun 2022 berdasarkan jenis kekerasan, kasus tertinggi adalah kekerasan seksual dengan jumlah 1.246 kasus, terendah eksploitasi 20 kasus. Untuk pengelompokan kekerasan berdasarkan usia, tertinggi pada usia Remaja 13-17 tahun berjumlah 1.067 Kasus terendah pada usia 60 tahun ke atas 19 kasus (Komnas Perempuan 2022). 

Kekerasan Seksual di NTT  berjumlah 1.574 kasus, Tertinggi pada usia 13-17 tahun 1.345 kasus (https://kekerasan.kemenpppa.go.id/ringkasan). Kabupaten Sumba Tengah, berdasarkan  data dari Dinas sosial pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak Kabupaten Sumba Tengah, data kekerasan seksual pada anak dan remaja sejak tahun 2018 -2022 yang di laporkan, ada 63 kasus.  

Kekerasan seksual merupakan salah satu bentuk kekerasan yang terjadi di masyarakat dan dapat terjadi pada siapa saja, baik perempuan maupun laki-laki. Kemajuan di era yang modern ini banyak sekali remaja yang terpengaruh oleh budaya-budaya asing yang masuk, budaya iniah yang dapat merusak moral anak bangsa yang seharusnya menjadi penerus bangsa tapi moral mereka sudah banyak yang hancur. Adanya teknologi informasi yang canggih ini mereka banyak melihat adegan-adegan yang tidak selayaknya ditonton. Mereka dapat mengakses situs-situs yang seharusnya dilakukan oleh orang dewasa. 

Remaja menonton tayangan dan bisa kapan saja membrowsing apa saja dan mereka terpengaruh dengan apa yang mereka tonton. Hal inilah yang menyebab kan mereka mengalami pergaulan yang bebas, mereka mabuk-mabukan, memakai narkoba, menikmati gemerlapnya dunia. Tontonan di televisipun saat ini banyak yang menayangkan hal-hal yang negative, sehingga mereka tidak berfikir akan dampak yang akan mereka alami. Masa pacaran inilah yang banyak digunakan oleh para pelaku untuk melakukan tindakan kekerasannya. Karena pada dasarnya kekerasan ini yang mendominasi orang terdekat korbannya. 

Mereka akan melakukan segala cara untuk melancarkan tindakannya kebanyakan mereka banyak yang mengancam, dan adapula yang mengiming- iming segala macam bentuknya, kebanyakan dari remaja ada yang terlena dengan iming-iming tersebut tanpa menyadari apakah dampak yang akan dirasaskan, namun selain dengan iming-iming banyak pula remaja yang mengalami kekerasan seksual dalam diam dan rasa takut karena pelaku memaksa korbannya, mereka lebih condong melakukan pemukulan terhadap korbannya agar mau melayani pelaku. Dengan tindak pemukulan, ancaman dan sebagainya mereka kebanyakan takut dan akhirnya mau tidak mau mereka harus melayani apa kemauan si pelaku. 

Remaja yang seharusnya menjadi generasi bagi bangsanya kini moral mereka rusak akibat dari hal-hal yang tidak seharusnya mereka alami. Kekerasan seksual dapat memberikan dampak yang sangat besar pada korban, seperti trauma, depresi, gangguan kecemasan, dan gangguan psikologis lainnya. Untuk itu, diperlukan upaya pencegahan agar kekerasan seksual dapat diminimalisir.

Salah satu upaya pencegahan kekerasan seksual adalah dengan melakukan konseling kelompok. Konseling kelompok merupakan salah satu bentuk konseling yang dilakukan dengan mengumpulkan beberapa individu dalam satu kelompok untuk membahas masalah tertentu. Konseling kelompok dapat membantu korban kekerasan seksual dalam mengatasi masalah yang dihadapinya, meningkatkan pengetahuan tentang kekerasan seksual, serta memperkuat kemampuan sosial. Kelompok konseling (group counseling) merupakan salah satu bentuk konseling dengan memanfaatkan   kelompok   untuk   membantu,   memberi   umpan   balik (feedback) dan pengalaman belajar. 

Konseling kelompok pada hakekatnya menggunakan prinsip-prinsip dinamika   kelompok (group   dynamic).   Sedangkan   menguraikan   bahwa   konseling kelompok  merupakan  suatu  proses  interpersonal  yang  dinamis,  memusatkan  pada  usaha dalam  berpikir  dan  bertingkah  laku,  serta  melibatkan  pada  fungsi-fungsi  terapi  yang dimungkinkan,  serta  berorientasi  pada  kenyataan-kenyataan,  membersihkan  jiwa,  saling percaya  mempercayai,  pemeliharaan,  pengertian,  penerimaan  dan  bantuan.  

Klien-klien konseling  kelompok  menggunakan  interaksi  kelompok  untuk  meningkatkan  pengertian dan  penerimaan  terhadap  nilai-nilai dan  tujuan-tujuan  tertentu  dan  untuk  mempelajari atau menghilangkan sikap-sikap serta perilaku tertentu (Gazda, 1989; Latipun, 2005).Konseling   kelompok   memiliki   struktur   yang   sama   dengan   terapi   kelompok   pada umumnya.  Struktur  kelompok  yang  dimaksud  menyangkut  orang  yang  terlibat  dalam kelompok,  jumlah  orang  yang  menjadi  partisipan,  banyak  waktu  yang  diperlukan  bagi suatu  terapi  kelompok,  dan  sifat  kelompok  (Corey,  1995;  Gazda,  1989;  Ohlsen,  1977; dan  Yalom,  1977;  dalam  Latipun,  2005).

Berdasarkan penelitian Konseling Kelompok untuk Menurunkan Depresi Pada Remaja Introvert Korban Kekerasan Seksual, ditemukan bahwa konseling kelompok efektif untuk menurunkan depresi pada remaja korban kekerasan seksual yang memiliki tipe kepribadian introvert ( Ratih Wahyu S., IGAA. Noviekayati, Sahat Saragih, 2018 )

Penelitian lain di Eutophia juga yang menjelaskan Pada skala terkecil, keluarga dan rumah tangga merupakan tempat kritis di mana norma-norma yang berkaitan dengan usia dan jenis kelamin dimainkan saat orang tua berusaha untuk memastikan kesesuaian dengan norma-norma sosial dan memberlakukan sanksi bagi ketidakpatuhan. Penelitian ini, terjadi pengucilan remaja hamil di luar nikah hingga perkawinan anak serta cara-cara tradisional untuk membenarkan kekerasan seksual (Ernestina Jones, Nicola Francoise, Umutoni Marie, 2019 ). 

Layanan konseling kelompok cukup berperan dalam peningkatan pada psychological well-being berdasarkan hasil penelitian (Siska Dwi Paramitha 2019 ) setelah dilaksanakannya layanan konseling kelompok. Meskipun memang secara keseluruhan tidak tampak dengan jelas bahwa layanan konseling kelompok berperan besar dalam meningkatkan psychological well being, namun dalam penelitian Yunita* Fakultas Psikologi tahun 2020 membuktikan bahwa para sampel penelitian yang menerima layanan konseling kelompok telah berhasil dalam membangun dinamika kelompok dengan baik sehingga tiap anggota kelompok dapat saling menerima, menolong dan berempati dengan tulus. 

Analisis regresi berurutan mengungkapkan bahwa variabel demografis dan karakteristik kepribadian secara bersama-sama menjelaskan 33,5% varian kesehatan mental, prediktor terkuat adalah ekstraversi dan neurotisisme. Termasuk optimisme disposisional dan dukungan sosial yang dirasakan menghasilkan peningkatan yang signifikan dari varians yang dijelaskan. Semua prediktor bersama-sama menjelaskan 46,0% varian kesehatan mental

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun