Mohon tunggu...
Joni Faisal
Joni Faisal Mohon Tunggu... -

bekerja serabutan, mencari kawan dengan berbagi cerita lewat tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menjadi Ayah di hari Minggu (3)

20 November 2011   23:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:25 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Mas Jaini tidak pernah liat Mas Sulis sakit?”

“Tidak,”

“Kalo denger-denger dia sampe jatuh dari motor?"

“Sering denger. Tapi saya nggak tau persis. Buat saya namanya rejeki, Tuhan baik kepada siapa aja,”

Baru saya siuman. Lelaki bernama Jaini ini termasuk orang yang tidak pernah mau ngomong tentang orang lain. Apalagi menjelek-jelekkannya. Bahkan seseorang yang menjadi pesaingnya dalam berebut penumpang. Menurut Jaini pula, bagi saya sama saja. Sulis sakit atau tidak toh langganannya banyak. Jaini percaya Sulis jauh lebih baik servisnya dari dia. Makanya Sulis tak pernah sepi orderan. Sulis memberikan semua kebaikan kepada kliennya. Naik ojek Sulis kita tidak perlu takut tak punya uang karena bisa ngutang. Dan yang tak kalah hebat, meskipun saya tidak menggunakan jasa ojeknya untuk diantar ke stasiun sewaktu akan pulang lagi ke Jakarta, Sulis telah menunggu dengan sekantong jeruk yang dia berikan dengan ikhlas untuk saya.

Dari Sulis saya belajar bagaimana memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan. Dan dari Jaini saya juga belajar untuk  bersyukur bahwa rejeki memang sudah ada yang mengatur. Tanpa harus menjelek-jelekkan orang lain yang sesungguhnya adalah pesaing kita.

Jadi, kalau Anda ingin mencoba merasakan bagaimana naik Ojek Sulis atau Jaini, cari saja mereka di pintu Selatan Stasiun Tugu bagian luar. Atau tepatnya di gerbang depan persis seberang Hotel Abadi yang berbaris dengan areal kesohor di Jogja yang bernama Pasar Kembang.

Ketika suatu hari di akhir minggu, saat kangen saya pada anak membuncah, saya beruntung naik Kereta Senja Jogja yang jarang berhenti. Kereta yang biasa tiba di Jogja pukul 4 atau 5 pagi itu sudah berada di Stasiun Tugu pukul 3.  Pagi-pagi sekali rupanya Sulis telah berada di tempat mangkalnya. Saya naik ke boncengannya. Seperti minggu-minggu lalu, saya menceritakan pada Sulis betapa saya membenci perempuan yang begitu saja meninggalkan anak yang belum berumur satu tahun demi kepentingannya sendiri. Saat saya naik ke motornya hari ini, saya kira Sulis akan membuka pertanyaan dengan cerita saya kemarin. Tentang perempuan yang egois dan tidak bertanggungjawab. Tentang perempuan yang saya sumpah-serapahi, Tapi semua itu tidak keluar dari mulutnya  Semua rahasia yang pernah saya ceritakan minggu lalu benar-benar lenyap. Terbawa oleh angin ke Gunung Merapi.

BERSAMBUNG....

Baca cerita sebelumnya:

MENJADI AYAH DI HARI MINGGU (1)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun