Mohon tunggu...
Jon Hardi
Jon Hardi Mohon Tunggu... Pengacara - ADVOKAT

Alumnus Fak. Hukum Univ. Andalas Padang lulus 1990.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Inspirasi dari Marissa Haque

5 Oktober 2024   16:57 Diperbarui: 5 Oktober 2024   16:57 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menjalani keidupan bersama selama 38 tahun dengan Ikang Fawzi, dikaruinia 2 orang putri, tidak pernah terdengar gonjang-ganjing atau berita miring tentang keluarga mereka. Mereka selalu terlihat kompak, harmonis, meskipun dengan karekter yang berbeda. Ikang Fawzi dengan sifat easy going, sering ngomong sekenanya, berlawanan dengan Marissa yang seriusan. Bagi Marissa, keluarga adalah kesatuan yang sakral yang sangat penting dilindungi kehormatannya. 

Kata Marissa, kalau keluarganya diganggu, maka dia akan menggigit dengan sedikit rabies. Sumber kebahagiaan dan kelanggengan keluarga mereka, adalah karena mereka selalu bersandar kepada ajaran agama (Islam) dan kesadaran sama-sama beruntung punya pasangan yang saling melengkapi. 

Boleh dibilang, pasangan Ikang-Marissa menjadi salah satu pasangan artis legend yang langka, hanya bisa dibandingkan Sophan Sopiaan-Widyawati, Muchsin-Titik Sandora, Dicky Zulkarnain-Mieke Wijaya, dan Frans Tumbuan-Rima Melati. Anehnya, sepeti para seniornya, Ikang-Marissa tidak menjadikan keluarganya sebagai komoditas yang layak "dijual" dan menghasilkan banyak cuan. 

Berbeda dengan  keluarga pasangan artis-artis muda yang sering viral di media massa dan di media sosial dengan follower akun mencapai jutaan orang.. Ikang-Marissa tidak membesut anak-anaknya menjadi artis mengikuti jejak orang tua, meskipun Ikang-Marissa bisa melakukannya. 

Anak-anak mereka dibiarkan berkarir menurut kesukaan masing-masing. Bagi Ikang-Marissa keluarga adalah Amanah Tuhan yang harus dijaga keutuhannya sekuat mungkin.

Inspirasi Dari Marissa

Kenapa penulis menganggap Marissa layak menjadi sumber inspirasi? 

Tentu tidak lain dan tidak bukan karena Marissa berhasil melakukan metamorfosa dengan sempurna. Di masa-masa awal karir Marissa sebagai bintang film, aroma perfilman Indonesia tidak bisa dilepaskan dari stereotip bintang film "sekwilda" (sekitar wilayah dada) dan "bupati" (buka paha tinggi-tinggi). Bahkan ada yang sampai dijuluki "bintang panas". 

Mungkin karena factor itulah, Penulis saat itu merasa "belum cukup umur" untuk menontonnya. Penulis tidak mengetahui, dan juga tidak elok untuk mencari tahu, apakah Marissa berada dalam lingkaran itu atau tidak.

Tapi yang jelas Marissa (plus suaminya, Ikang Fawzi) punya obsesi tersendiri untuk lebih mengedepankan "otak" ketimbang sekedar pamer tampang doang. Jadilah Marissa menekuni kuliah dan menamatkan Sarjana Hukumnya, lalu berlanjut ke jenjang S2 (menggondol beberapa gelar S2) dan S3. 

Zaman itu, artis yang menjadi sarjana, walaupun selevel S1, saja masih barang langka. Kalau ada maka mereka masuk kategori artis yang dikagumi, imej mereka naik, meskipun tidak meningkatkan nilai jual keartisannya. Hanya sebagian kecil artis seangkatan Marissa yang menembus level sarjana, di antaranya Harvey Malaiholo dan Purwa Caraka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun