Tipe pemimpin amanah tidak akan memulai jabatannya dengan berpesta (meskipun dibungkus dengan istilah syukuran), melainkan beristighfar. Bukan bergembira, melainkan cemas, gemetar, rasa takut yang mendalam jika salah menggunakan jabatan.
Pemimpin sejatinya adalah bawahan rakyat. Jika untuk bersenang-senang, dia yang terakhir menikmati. Sebaliknya, jika untuk bersusah payah, dialah yang berada paling depan.
Pemimpin adalah pelayan, seperti Khalifah Umar bin Khatab RA yang pernah memanggul sendiri gandum untuk diberikan kepada rakyatnya yang kelaparan.
Al Quran telah menceritakan beberapa pemimpin tipe ini, yang sudah disediakan-Nya tempat di surga. Mulai dari Raja/Nabi Daud A.S., Raja/Nabi Sulaiman A.S., Menteri/Nabi Yusuf A.S., Raja Iskandar Zulkarnain (Alexander Yang Agung), sampai Rasulullah SAW. Rasulullah SAW juga menceritakan pemimpin setelah beliau yang dijamin Allah masuk surga, yaitu Khulafaurrasyidin (Abu Bakar Shiddq, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib).
Pemimpin amanah inilah yang selalu ditunggu-tunggu kehadirannya di Indonesia tercinta ini. Bisakah kita bayangkan, jika butuh pemimpin, sama halnya dengan butuh imam shalat, di mana semua menghindar, bertolak-tolakan, merasa tidak mampu, merasa ada orang lain yang lebih mampu? Kalau seperti ini, maka dalam debat terbuka hanya ada saling memuji dan marekomendasikan lawannya untuk dipilih, bukan saling menghujat. Semoga
Bandung, 14 Nopember 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H