Mohon tunggu...
Gedaton Jongos
Gedaton Jongos Mohon Tunggu... Hoteliers - GJ adalah Illustrasion fewer untuk keondisional Prevew sementara dan selamanya

Aquarius

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Sparing Text" Filsafat untuk Nose

26 November 2017   10:49 Diperbarui: 1 Januari 2022   17:22 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau hidupmu sudah sebaik ini tanpa agama, lalu kenapa kamu ingin mencari Tuhan dan ingin memiliki agama? -inilah quoteRina Nose yang menjadikan ia "ateis" seketika, dan berpotensi membuka ruang wacana ateisme ke ruang publik sebagai alternatif atau solusi, meski jika dikutip secara utuh mulai paragraf awal, maka nilainya akan berbeda.

Sebenarnya Nose sedang melakukan permenungan filsafat, tentang agama yang gagal menjalankan fungsinya untuk membuat seseorang menjadi baik. Ia sekaligus melangsungkan otokritik, ia gelisah melihat fakta sisi gelap orang beragama dan ketika menyaksikan banyak orang mengaburkan agama dari esensi. Premis atau mungkin sintesa dari filsafat Nose adalah bahwa agama pasti membawa kebaikan bagi penganutnya.

Paham ateis menyimpang telak pada bantahan terhadap prima causaatau sebab tunggal terciptanya alam semesta yakni Tuhan. Selebihnya adalah argumen-argumen menggelitik yang - tanpa sengaja - justru membesarkan Tuhan dan menambah derajat keimanan para teis atau orang (yang bijak) beragama.

Beberapa argumen ateis seperti ini akan berjilid jilin  berserakan dan berjibun , namun membahas soal ini akan lebih baik daripada kita bikin gadung dengan  berpolitik yang  puritan maupun Fundamentalist, lalu Vandals, jika ada 1000 agama di dunia maka hanya satu agama yang benar sebagai penghuni surga dan 999 agama akan menjadi penghuni neraka. 

Ketika pertama sekali agama muncul dari entitas terkecil berkisar 10 atau 20 orang, dan pada saat bersamaan kiamat tiba, maka bayangkan miliaran penduduk bumi yang mati serentak, lalu Tuhan hanya mengangkat puluhan orang ke surga dan sisanya dilempar ke neraka.dari keterangan Buku Urantia malah dibuka lebar lebar pembahasan demikian , ngak akan tidur dalam semlam paling tidak kita.

Jika diteruskan hingga ribuan tahun ke depan, dapat dijelaskan sendiri perbandingan jumlah penghuni surga dan neraka. Lalu ketika agama-agama tidak menjangkau bangsa-bangsa primitif di belantara hutan dan benua kutub, maka pastilah mereka diciptakan hanya untuk dipanggang di neraka, demikian sia-sianya. Ateis selalu mempertanyakan keadilan Tuhan untuk mengatakan Tuhan tidak ada. Paradoks, dunia tidak selalu adil, sampai Tuhan mengadilinya di hari pembalasan.ini pun termaktub dalam urantia , jangan heran lagi .ada bukunya bung.

Ateis beragumen, di antara miliaran galaksi berjarak ratusan ribu tahun cahaya, kenapa Tuhan hanya peduli dan memuliakan sekelompok kecil manusia bumi (pemilik agama terbenar), yang super super super kecil dan sedikit dari seluruh jagat raya.Sains selalu dapat dibuktikan, tapi agama tidak?( karena pembuktiannya sulit dan metodenya sangat banyak , mulai dari heurmenetiuka , heuristika, par lour,verstechyen, fenomenologi agama, sosiologi agama ,Theologi, filsafat Agama dan pembedahan agama oleh doctor doctor Handal yang di perguruan tinggi kita  banyak pakarnya , coba saja anda masuk S2 di konsentrasi kutub tahqiq  di IAIN sunan kalijaga , ambil jurusan Aqidah dan filsafat ketemu sana sama professor DR. Musa  Asy'ary,  Burhanuddin Daya , Simuh,khumadi syarif romas , abdul bashir soulissa,Prof. Masturi.tauy ketemu yang muda muda DR alim Nuswantoro, DR Iskandar Zulkarnain di  Universitas kami , jangan ditanyakan tukang doboosen yang nggak tahu metode filsafat , ilmu filsafat , malah membuat komentar yang mentah dan ngawur , mari kita hidupkan tradisi ak

Ademis yang kritis, kredibel dan  bidangnya, Sebentar sebentar kalau ada yang membahas tuhan lantas lantas  dikatain ateis,jangan keburu menjustifikasi pemikiran orang terutama  orang yang baru saja membuka pintu lalu masuk pintu Filsafat seperti mbak Rina , biarin dia berproses  biar dia di garap oleh professor professor  saya di UIN  sunan kalijaga Yogyakarta , atau di STF driyarkara, di Filsafat UI  atau di Filsafat UGM , cari buku buku nya mulai Filsafat  sumargono sampai katsoff  ingat saya waktu itu bukuku disikat temanku , entah dionggokkan kemana , monggo dibaca sampi kelas , pesoalan persoalan Filsafatnya Thintus  dan alam filsafat kattsoff kalau ngak salah waktu itu ,agar sebelum neghajar oaring lain dengan pernyataan kita belajar membuat kalimat dulu ,tahu duduk persoalan logika dari  tesis, antithesis, sintesi , premis mayor , minor dan konklusinya , ilmu pengetahuan apaa tuuh yang katanya sanggup menghidupkan orang mati seperti pengetahuan Isa  dan pelan-pelan mengambil alih pekerjaan Tuhan lainnya itupun perlu epoche dan Vrstechyen dalam pemahaman  , apa kalimat Nose  maksud dibalik pernyataan nose yang menggemparkan penonton TV , karena dia house bukan  gemnbala kambing dan pedagang sayur seperti saya yang berpredikat Sarjana Filsafat ? Dan seterus, dan seterusnya. Ah, sudahlah, semakin diteruskan tulisan ini akan semakin "kurang ajar".eh teman jangan keburu menjustifikasi  Nose kurang ajar ?  hanya  belum membaca semua buku buku filsafatnya , atau barangkali baru smester awal dalam filsafat , atau akan  menjadi  sarjana filsafat seperti Rieke dia pitaloka yang terlanjur begitu ? kata yang menulis itu  hehe " Yang jelas kita harus memegang kuat-kuat konsep keimanan kita bahwa Tuhan Maha Esa, Maha Besar dan Maha Bijaksana. 

Tuhan permilik seluruh sekalian alam,keyakinan bagi mereka   yang senantiasa bertuhan pada-Nya. Tidak perlu diurus dan meMaafkan Nose, ya toh nose punya  kualitas akademisnya sendiri , sebab ada nose nose lainnya yang masih dangkal pemahaman theologinya , penmulispuwalaupun kondom domain dan ahli dalam urusan sperti ini dan makanan sehari hari  yang tanpa sengaja membuka wacana ketuhanan ini yang mengajak khalayak ramai jangan keburu buru mengkebiri pemikiran orang lain , apalgi menjustifikasi pemikiran Nose yang  secara cerdas berani membuka pintgu filsafat , dimana sudah banyak dikerubuti  polemik , akrobat pemikiran tipe beginian sangat bisasa dalam pemikIran kami yang sarjana sarjana filsafat  dan sudah nganggur sejak lulus tahun 1996 samapi 2017 ini   terus cari kerjaan nggak dapet-dapet , karena menggenggap bara konsep ketuhanan serta dianggap  seperti rina noise itu , hanya karena kita bukan bintang filem saja nggak ada yang perduli kita bicara apa , dikirain ngawur ? maaf ya ada Ilmunya  mulai dari epistemology , ontology, Theologi, aksiologi dan perangkat filsafat  lainnya yang kalau dipelajari seumur hiduppun nggak akan lulus , atau orang media yang perlu juga belajar Theologi agat tepat dalam mengulas theology ,adapun pemikiran teologis esoteris yang tak tersentuh oleh media lalu di kecam, dikubur hidup hidup , dibakar buku bukunya  dan pembacanya dianggap atheis dan  maaf PKI , hancur deh pemikiran kita kalau dah begitu  , kasihan yang belum punya pemahaman filOsofis  lalu  membaca wacana bebas Nose  beginian ? jangan sak suci lalu  menjustifikasi Nose , karena dibelakang nose banyak nose  nose lainnya yang di intoleransi oleh pemangku adat tradisi Theologi terkungkung itu ?  tolong yang sabar para hadirin pembaca yang bijaksana dan budiman , jangan keburu menghakini nose yang make nosie,bagi loe  bukan bagi kami yang lulusan filsaafat . 

Jauh hari ada di dalamnya pemahaman yang luas , jauh dalam dan mengakar, namun selama ini kita orang enggan menulis karena takurt di hadapka ke depan laras panjang para para pemegang kekuasaan yang secara hegemonis di dekati orang orang yang suci sok suci dan merasa paling dekat dengan Tuhannya  dan mereka repot mengungkung diri menghindar hegemoni kelas lainnya dalam bertuhan Demagog demagok_parafrase_Thao Thao yang  seolah olah mereka sendiri yang bertuhan dan menguasai hukum tuhan dan boleh memakai tangan tuhan dan melakukan  persekusi atas nama Tuhan , if The Oxen can Paid their God They Paid the oxen Too  kata seorang filosof ( mari kita berfikir , berfilsafat dan berkarya).(Prtof. Djebeng wangsitalaja Sag.lulusan IAIN suka 1996)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun