Mohon tunggu...
Travel Story Pilihan

Temukan Nasionalisme di Banyuwangi

7 September 2017   12:36 Diperbarui: 7 September 2017   13:29 990
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untuk yang suka berselancar wajib hukumnya untuk datang ke Pantai Plengkung. Inilah pantai di Indonesia, selain Kuta, yang popularitasnya mengglobal. Pantai berpasir putih yang terletak di Taman Nasional Alas Purwo ini diakui sebagai spot surfing terbaik di Asia Tenggara yang ombaknya termasuk salah satu dari 7 ombak terbaik di dunia.

Sekembalinya ke Jakarta, saya merenung perjalanan dahsyat yang saya dan teman-teman lakukan saat liburan 4 hari 3 malam di Banyuwangi. Betapa suatu daerah terbukti dapat berubah, bergairah dan maju disebabkan oleh visi maju dan kerja sama pemimpin dan warga masyarakatnya.

Dalam sebuah artikel online yang baca, Bupati Azwar Anas menyatakan sebuah daerah atau kota tidak akan bisa berkembang dan maju jika warganya tidak terlibat aktif, tidak ikut berpartisipasi, tidak merasa bahagia artau bangga dan tidak percaya diri dengan daerahnya sendiri. Sehingga yang terpenting, kunci, dalam suatu pembangunan adalah manusianya, baik sebagai subjek maupun sebagai objek.

Kondisi alam yang indah dan kaya takkan mendatangkan manfaat dan kebaikan jika faktor dan karakter manusianya tidak disiapkan dengan baik.

Berangkat dari pemikiran inilah ia membangun strategi untuk menanamkan nilai-nilai kesadaran, pemahaman dan pendidikan dalam kehidupan masyarakat, terutama generasi muda Banyuwangi. Banyuwangi bisa berubah bukan gara-gara 'superman' namun oleh karena 'superteam' menurut bupati muda berusia 44 tahun ini.

Baginya, memimpin itu adalah melayani. Sebagai contoh, taman kota dan tempat wisata dibangun serta berbagai festival dilaksanakan untuk menghibur dan meningkatkan sosial ekonomi warga, namun juga berdampak secara karakter masyarakatnya. "Ruang publik ini akan menciptakan karakter masyarakat yang lebih soft, tidak stress dan emosian," ungkap Pak Anas di artikel online tersebut. Warga Jakarta dan daerah lain mungkin boleh cemburu dan merindukan sosok kepala daerah seperti ini.

Penguatan budaya lokal menjadi isu yang ia galang dan banyak mendasari kebijakannya. Salah satunya, pemberdayaan pasar tradisional dengan membatasi izin pendirian pasar ritel modern. Selain itu, ada juga kebijakan pro buah lokal untuk membendung serangan buah impor. Gerakan ini dimulai dari pegawai pemerintahan yang wajib mengonsumsi buah lokal di berbagai kesempatan.

Bupati muda ini pengagum Bung Karno dan Gus Dur, dua bapak bangsa dan mantan presiden yang juga saya idolakan.

Tidak ada dalam kamus kepemimpinannya untuk takluk oleh keterbatasan. "Ya, harus inovatif, bangsa ini tidak boleh pasrah dengan keadaan," itu kata-katanya yang saya ingat kuat dalam artikel itu. Intinya untuk menjadi pemimpin itu adalah menjadi optimis dan inovatif.

Omongan seorang bule Amerika yang sempat ngobrol saat di ruang tunggu bandara menggugah ingatan saya. Dia bilang anda beruntung tinggal di Indonesia, anda so lucky memiliki Banyuwangi. Dia jauh-jauh dari New York dan sudah tiga kali berkunjung ke Banyuwangi. Ia berpesan semoga Banyuwangi akan selalu indah dan terjaga. Saya ikut bangga.

Nasionalisme saya kembali berkobar justru setelah ke Banyuwangi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun