Mohon tunggu...
Travel Story Pilihan

Temukan Nasionalisme di Banyuwangi

7 September 2017   12:36 Diperbarui: 7 September 2017   13:29 990
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suatu hari seorang teman yang baru berlibur ke Banyuwangi membawa segudang cerita menarik beserta foto dan video yang luar biasa. Teman yang cantik ini menyarankan saya untuk segera main ke Banyuwangi. "Buktikan sendiri, lo gak akan menyesal", ujarnya dengan bibir merah merekah sambil menyelipkan senyum yang susah terlupa.

Akhirnya di sebuah akhir pekan yang panjang, saya dan sejumlah teman memutuskan berangkat ke Banyuwangi. Tujuannya satu: liburan dan rileks.

Diawali dengan pendaratan di Bandara Blimbingsari, bandara baru berkonsep green airport  ini akan membuat anda kagum karena simply keren. Dengan transportasi udara, wisatawan yang ingin berlibur tak perlu membuang waktu lebih panjang di perjalanan darat. Apalagi, rute penerbangan dari Jakarta saat ini tersedia tiap hari.

Melanjutkan perjalanan ke pusat kota,  kami menemukan sarana publik yang membuat daerah berjuluk 'Sunrise of Java' ini tampak sangat nyaman. Mulai dari jalanan yang mulus dan terawat baik hingga tumbuhan hijau yang mewarnai tiap sudut kota. Suasana teduh yang tercipta seakan menutupi kenyataan bahwa kota ini terletak di pesisir pantai yang berudara panas.

Kami menemukan taman kota yang menyenangkan. Anak muda, keluarga, dan pelajar saat sore hari atau akhir pekan terlihat ngumpul nongkrong, tak sedikit yang membawa laptop. Ada hotspot untuk bisa mengakses internet. Terlihat warganya sangat bahagia punya fasilitas kota seperti ini.

"Banyuwangi saat ini berubah tidak lagi dipersepsikan seram gara-gara citra klenik dan santetnya bro", kata seorang teman lama yang saat ini bertugas di Banyuwangi. Kami janjian bertemu makan siang bareng di sebuah warung kuliner ngetop yang makanannya sungguh lezat. Saya cuma ingat namanya Sego Cawuk.  

Banyuwangi banyak mendapat penghargaan. Wisatawan nasional dan internasional berdatangan. Bukan hanya prasarana dibangun, layanan publik seperti taman kota dan kesehatan disediakan dengan baik, partisipasi masyarakat juga meningkat positif ikut membangun daerahnya. Paling utama adalah peningkatan kinerja pelayanan publik dan pembangunan serius di sektor wisata telah mengangkat ekonomi masyarakat.

"Pak Anas, Bupati Banyuwangi saat ini punya segudang strategi inovatif untuk memajukan Banyuwangi mendunia tanpa meninggalkan tradisi-tradisi lokal", kata pengusaha mobil sewa yang mobilnya kami gunakan dengan bangga. Ia terdengar sudah seperti seorang pengamat politik handal.

Sejumlah lokasi wisata kami kunjungi. Antara lain, pertama tentunya ke Taman Nasional Baluran. Berkunjung ke taman nasional ini, kita seolah dibawa pergi ke benua Afrika, karena di sini terdapat padang savana terluas di Pulau Jawa dengan spesies hewan dan tumbuhan yang beragam.

Tempat lain yang kami kunjungi adalah Kawah Ijen. Meski Indonesia memiliki banyak sekali gunung berapi, namun Gunung Ijen yang paling memiliki pemandangan menakjubkan. Jika anda berada di puncak gunung di saat hari masih gelap anda akan melihat api memancarkan cahaya biru. Anda akan tertegun. Tunggulah sampai matahari terbit saya jamin anda akan lebih terpukau.

Selanjutnya banyak pantai yang indah, pun dengan ombak yang menakjubkan, terdapat di Banyuwangi. Ada Pantai Sukamade yang punya sajian menarik yakni ikut melepas tukik ke laut. Tukik adalah bayi penyu yang dilahirkan di pantai dan kita bisa ikut melepasnya ke laut lepas.Terletak di kawasan Taman Nasional Meru Betiri yang kaya akan flora dan fauna, selain bisa menikmati keindahan alamnya, Pantai Sukamade juga terkenal sebagai habitat penyu-penyu raksasa dan langka bertelur.

Untuk yang suka berselancar wajib hukumnya untuk datang ke Pantai Plengkung. Inilah pantai di Indonesia, selain Kuta, yang popularitasnya mengglobal. Pantai berpasir putih yang terletak di Taman Nasional Alas Purwo ini diakui sebagai spot surfing terbaik di Asia Tenggara yang ombaknya termasuk salah satu dari 7 ombak terbaik di dunia.

Sekembalinya ke Jakarta, saya merenung perjalanan dahsyat yang saya dan teman-teman lakukan saat liburan 4 hari 3 malam di Banyuwangi. Betapa suatu daerah terbukti dapat berubah, bergairah dan maju disebabkan oleh visi maju dan kerja sama pemimpin dan warga masyarakatnya.

Dalam sebuah artikel online yang baca, Bupati Azwar Anas menyatakan sebuah daerah atau kota tidak akan bisa berkembang dan maju jika warganya tidak terlibat aktif, tidak ikut berpartisipasi, tidak merasa bahagia artau bangga dan tidak percaya diri dengan daerahnya sendiri. Sehingga yang terpenting, kunci, dalam suatu pembangunan adalah manusianya, baik sebagai subjek maupun sebagai objek.

Kondisi alam yang indah dan kaya takkan mendatangkan manfaat dan kebaikan jika faktor dan karakter manusianya tidak disiapkan dengan baik.

Berangkat dari pemikiran inilah ia membangun strategi untuk menanamkan nilai-nilai kesadaran, pemahaman dan pendidikan dalam kehidupan masyarakat, terutama generasi muda Banyuwangi. Banyuwangi bisa berubah bukan gara-gara 'superman' namun oleh karena 'superteam' menurut bupati muda berusia 44 tahun ini.

Baginya, memimpin itu adalah melayani. Sebagai contoh, taman kota dan tempat wisata dibangun serta berbagai festival dilaksanakan untuk menghibur dan meningkatkan sosial ekonomi warga, namun juga berdampak secara karakter masyarakatnya. "Ruang publik ini akan menciptakan karakter masyarakat yang lebih soft, tidak stress dan emosian," ungkap Pak Anas di artikel online tersebut. Warga Jakarta dan daerah lain mungkin boleh cemburu dan merindukan sosok kepala daerah seperti ini.

Penguatan budaya lokal menjadi isu yang ia galang dan banyak mendasari kebijakannya. Salah satunya, pemberdayaan pasar tradisional dengan membatasi izin pendirian pasar ritel modern. Selain itu, ada juga kebijakan pro buah lokal untuk membendung serangan buah impor. Gerakan ini dimulai dari pegawai pemerintahan yang wajib mengonsumsi buah lokal di berbagai kesempatan.

Bupati muda ini pengagum Bung Karno dan Gus Dur, dua bapak bangsa dan mantan presiden yang juga saya idolakan.

Tidak ada dalam kamus kepemimpinannya untuk takluk oleh keterbatasan. "Ya, harus inovatif, bangsa ini tidak boleh pasrah dengan keadaan," itu kata-katanya yang saya ingat kuat dalam artikel itu. Intinya untuk menjadi pemimpin itu adalah menjadi optimis dan inovatif.

Omongan seorang bule Amerika yang sempat ngobrol saat di ruang tunggu bandara menggugah ingatan saya. Dia bilang anda beruntung tinggal di Indonesia, anda so lucky memiliki Banyuwangi. Dia jauh-jauh dari New York dan sudah tiga kali berkunjung ke Banyuwangi. Ia berpesan semoga Banyuwangi akan selalu indah dan terjaga. Saya ikut bangga.

Nasionalisme saya kembali berkobar justru setelah ke Banyuwangi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun