Ya Tuhan... Tak sanggup ibu menerima sebuah pernyataan polos dari seorang putrinya. Tak sadar, butiran tetes air mata ibu telah mambasahi pipinya. Belum sempat ibu menjawab pertanyaan putrinya....
"Nia kangen bu..."
"Iya... Nanti kalau bapak pulang nia bisa main-main sepuasnya dengan bapak"
"Pulangnya koq lama bu?"
"Sabar donk nia... Kan bapak cari uang buat nia juga"
"Cari uang koq jauh sekali?"
Tak ada kata yang terucap, dalam hati ibu pun berucap. Pintar sekali anak sekarang menjawab setiap pertanyaan dan jawaban, rasanya dulu aku tidak seperti ini. Apa yang harus aku lakukan Tuhan??? Jawaban apa yang harus aku jelaskan pada putri kecil ku ini?
"Nia yang sabar ya... Kan ada ibu, yang selalu ada disamping nia" jawab ibu sambil menenangkan pikiran putrinya dan juga pikiran dirinya.
"Kita cerita yang lain ya? Supaya nia tidak sedih..." Ibu pun sambil menjalankan mobilnya dan berusaha lepas dari kemacetan, langsung menuju pintu masuk tol.
"Nia... Nanti kalau sampe rumah eyang, jangan lupa cerita rapotnya ama yang tadi di sekolah. Nia ketemu siapa aja" kata ibu
"Iya... Nia juga kangen ama eyang. Nia mau cerita yang banyak"
--------------
Selang tiga puluh menit kemudian, tibalah mereka di rumah eyang nia. Nia dan ibunya disambut hangat. Tak terasa keakraban keluarganya telah melupakan sejenak kerinduan seorang putri pada ayahnya. Figur kebapakan yang diridukan dan didambakan.
"...hanya satu pintaku
tuk bercanda dan tertawa
di pangkuan seorang ayah
apa bila ini
hanya sebuah mimpi
ku selalu berharap
dan tak pernah terbangun..."