Tidak hanya Prancis, kontaminasi PFAS pada air juga terjadi di Jerman dan terdokumentasi dari penelitian Skutlarek, yang mengukur konsentrasi 12 PFAS dalam sampel air yang dikumpulkan di Sungai Rhine dan anak sungai utamanya, serta di Sungai Moehne, kanal, dan air minum di daerah tangkapan air Ruhr. Hasilnya, komponen utama yang terdeteksi adalah PFOA (519 ng/L), diikuti oleh PFHpA (23 ng/L) dan PFHxA (22 ng/L).
Lantas, bagaimana dengan kejadian kontaminasi PFAS di Indonesia?
Dalam sebuah laporan yang diterbitkan di tahun 2019 mengungkapkan substansi PFAS tidak terkontrol dengan baik di Indonesia meskipun Indonesia menjadi salah satu pihak yang mengikuti dan menyetujui Konvensi Stockholm pada tahun 2009 dimana perjanjian tersebut menambahkan PFOS (salah satu bagian PFAS) ke dalam daftar pembatasan global. Namun, hingga saat ini PFAS tidak diatur dan tidak termasuk dalam program pemantauan. Di Indonesia, banyak kejadian kontaminasi PFAS yang sudah tercatat dimulai dari kontaminasi PFAS pada ASI di Jakarta dan Purwakarta di tahun 2008.
Beberapa zat PFAS seperti PFOS, PFHxS, PFNA dan PFHpA ditemukan pada kedua puluh wanita dan PFHxS ditemukan pada 45% dari mereka. Secara keseluruhan, kadar PFOS dalam ASI Indonesia rata-rata 84 parts per trillion (ppt) atau lebih dari 4 kali lebih tinggi dari batas imbauan kesehatan air minum sebesar 20 ppt untuk PFOA, PFOS, PFHxS, PFHpA dan PFNA. Sedangkan, tingkat paparan PFOS tertinggi dalam ASI Indonesia lebih dari 12 kali lipat dari batas imbauan kesehatan air minum ini. Selain itu, alat pemadam api yang mengandung PFAS juga masih tersedia di pasaran Indonesia. Investigasi Greenpeace tahun 2014 menemukan lima jenis sepatu bola yang diproduksi di Indonesia mengandung PFOA dan PFBS.
Kadarnya berkisar antara 5,28 – 14,5 µg/m2 untuk PFOA dan 14,5 – 37,9 µg/m2 untuk PFBS. Sebuah studi dari Badan Lingkungan Federal Jerman juga menemukan mantel yang dibuat di Indonesia dengan berbagai zat PFAS pada tingkat total 42,9 µg/m2 dan sebagai perbandingan UE mengatur PFOS sebesar 1 µg/m² pada tekstil.
Untuk itu, perlunya mendorong BPOM selaku otoritas pengawas pangan di Indonesia untuk meninjau kualitas air minum di Indonesia setelah banyak kejadian kontaminasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H