Xenofobia juga dapat muncul karena motif ekonomi, seperti yang diungkapkan Marsella & Ring dalam bukunya, Migration: Immigration and emigration in international perspective yang mengungkapkan ketakutan terhadap imigran disebabkan ketakutan karena imigran dapat mengurangi sumber pendapatan penduduk lokal, mengubah kondisi demografi (kependudukan), mengurangi pengaruh politik tokoh pribumi
Pendapat lain pun ditulis oleh Gary Bernhard dan Kalman Glantz dalam tulisannya berjudul Why Xenophobia Works ? yang mengemukakan bahwa xenofobia sendiri merupakan sifat asli dan telah tertanam dalam gen setiap manusia.
Menurut Bernhard, Xenofobia merupakan elemen penting dalam sistem emosi manusia yang menyebabkan nenek moyang manusia merasa terikat di dalam kelompoknya.
Xenofobia dapat memberikan 2 efek utama yaitu mendorong seseorang untuk mempertahankan kelompoknya dan mengikat masing-masing anggota kelompok dalam kebersamaan.
Pada awalnya, Xenofobia inilah yang membentuk keterikatan masing-masing anggota kelompok manusia sehingga menyebabkan kelompok tersebut dapat bertahan di alam bebas.
Namun, di masa sekarang, dengan beragamnya suku bangsa yang ada di masyarakat dan senjata yang telah diciptakan, xenofobia dapat membawa bahaya untuk masing-masing suku bangsa.
Saat ini, manusia telah tinggal menetap sembari menjalani profesinya masing-masing. Manusia yang sebelumnya tinggal bersama dalam suatu kelompok di dalam gua-gua menjadi tersebar.
Dalam kondisi masyarakat yang beragam, masing-masing individu menjadi suatu entitas yang abstrak. Untuk itu, demi “mengikat” masing-masing suku bangsa yang memiliki ciri berbeda dibuatlah kesepakatan untuk setia pada suatu negara, bahasa resmi, agama resmi, sistem blok/ sekutu yang berisikan beberapa negara.
Xenofobia rawan digunakan sebagai alat politik dikarenakan selain teman yang sama, mempunyai musuh bersama juga dapat menyatukan sekelompok manusia
Xenofobia dan Wabah Penyakit
Pendapat Gary Bernhard dan Kalman Glantz juga diamini oleh Dr. Steve Taylor, pengajar senior Psikologi dari Leeds Met University dalam bukunya, Psychology of Pandemics yang mengungkapkan bahwa salah satu dasar munculnya xenofobia karena kebiasaan manusia yang hidup mengelompok (kesukuan/ berdasarkan suku masing-masing) di alam.