Peraturan ini banyak digunakan sebagai alat pemerasan pada masyarakat Tionghoa dengan menangkap mereka yang tidak membayar izin menetap.
Menurut Daradjadi pada bukunya “Geger Pacinan, Persekutuan Tionghoa Jawa Melawan VOC” Setelah ditangkap dan para warga Tionghoa membayar, mereka kemudian dilepas namun tidak lama kemudian ditangkap kembali.
Selain pemberlakuan izin menetap, adapula warga keturunan Tionghoa di Batavia yang dikirim ke wilayah koloni Belanda lainnya, termasuk Sri Lanka atau ke Afrika. Namun, di tengah proses pengiriman itu, tersiar desas-desus bahwa di tengah jalan, para warga yang dikirim dilempar ke tengah laut.
Isu ini tak pelak menyebabkan kepanikan bagi kalangan warga keturunan Tionghoa di Batavia hingga akhirnya mereka membentuk gerakan perlawanan yang dipimpin Kapiten Sepanjang yang dibantu oleh Amangkurat V (Sunan Kuning) dan Mangkunegara I (Pangeran Sambernyawa).
Gerakan perlawanan warga keturunan Tionghoa di Batavia juga diikuti orang-orang Tionghoa dari wilayah sekitar Batavia, termasuk Tangerang dan Bekasi. Jumlah mereka tidak kurang dari 10 ribu orang untuk melawan VOC.
VOC pun membalasnya dengan melakukan politik adu domba menyebarkan isu bahwa warga keturunan Tionghoa berencana memperkosa perempuan pribumi, membunuh para lelakinya, atau menjadikannya sebagai budak. Isu ini berhasil memancing xenofobia kaum pribumi sehingga kaum pribumi dari berbagai suku yang ada di Batavia pun bergabung dengan VOC untuk membantai etnis Tionghoa
Definisi Xenofobia
Menurut kamus Merriam-Webster, xenofobia dapat digambarkan sebagai seseorang yang memiliki ketakutan atau kebencian terhadap orang asing, pendatang, ataupun imigran. Dalam ilmu psikologi, xenofobia tergolong sebagai gangguan kecemasan.
Seseorang dapat digolongkan mengalami xenofobia apabila orang tersebut bersikap berlebihan dan mengalami ketakutan dan kecemasan yang intens terhadap orang asing atau pendatang.
Biasanya, gangguan ini disebabkan luka batin yang meninggalkan trauma. Menurut Licatta dalam Journal of Community and Applied Social Psychology, saat ini, xenofobia sering dikaitkan dengan ethnocentrism yaitu sikap suatu kelompok yang merasa lebih superior dibandingkan kelompok lainnya
Dalam buku International Encyclopedia of the Social & Behavioral Sciences, xenofobia digambarkan sebagai sebuah retorika hasil dinamika publik yang memberikan stigma dan menjelek-jelekkan imigran dengan menyebarkan kabar bahwa keberadaan para imigran tersebut merupakan ancaman dan menjadikan mereka sebagai kambing hitam atas masalah sosial