Desakan Survivor International bukan omong kosong belaka. Pada tahun internasional memperingati bahasa asli (International Year of Indigenous Languages), PBB melalui Tijjani Muhammad-Bande sebagai President of the General Assembly menyatakan setiap 2 minggu setidaknya 1 bahasa asli hilang dari muka bumi, dapat diartikan setiap bulannya terdapat 2 bahasa asli yang musnah. Tiijani juga memberikan gambaran, saat ini hanya tersisa 4000 bahasa asli yang dituturkan kurang dari 6% populasi penduduk dunia.
Hal ini diperparah dengan 15% orang termiskin di planet ini merupakan orang asli. Temuan PBB juga diamini oleh artikel Survival International yang menyebutkan dari sekitar 7000 bahasa yang ada di bumi, hanya sekitar 23 bahasa yang dituturkan oleh setengah populasi dunia, di sisi lain 3000 bahasa lokal sedang terancam punah
Salah satu tempat dengan bahasa paling beranekaragam adalah Papua Barat dan Papua Nugini. Artikel The Economist mengungkapkan dengan 7,6 juta penduduk, masyarakat Papua Nugini dapat berbicara dalam 850 bahasa lokal.
Penggunaan Bahasa lokal yang semakin berkurang juga disebabkan temuan bahwa hampir setengah bahasa lokal tidak ada dalam bentuk tertulis. Bahasa tersebut disampaikan secara oral melalui cerita, lagu, puisi dan ritual secara turun temurun sehingga para ilmuwan sedikit sulit untuk melakukan restorasi bahasa setempat
Budaya asli (indigenous traditions) dapat berperan sebagai warisan ilmu pengetahuan lokal pada generasi mendatang baik itu dari segi penciptaan ramuan obat-obat herbal hingga cara pengolahan makanan dalam komunitas tersebut. Budaya asli juga menunjukkan sebagian besar identitas seseorang berasal
Untuk itu, PBB menganjurkan untuk memasukkan bahasa masing-masing daerah dalam kurikulum pembelajaran sekolah setempat untuk mencegah kepunahan bahasa lokal akibat pengaruh eksternal. Di samping itu, Survival International juga menyarankan bagi orangtua suku asli untuk mengontrol pendidikan yang diperoleh anaknya karena sejatinya pendidikan yang baik harus berakar dari kebudayaan dan bahasa setempat
BERSAMBUNG SELANJUTNYA KE BAGIAN 2
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H