Pada awal penyelenggaraan gastrodiplomasi, Indonesia menggandeng diaspora untuk memperkenalkan kuliner Indonesia di restoran mereka. Pada tahun 2016, Kemenpar RI bekerjasama dengan perusahaan swasta kemudian mendirikan Restoran yang bernama "Wonderful Indonesia". Langkah ini dilakukan dengan cara me-rebranding dan co-branding restoran yang telah berdiri. Restoran ini berdiri tepatnya di No. 311 Jinzhai Road Shushan District, Hefei, Anhui, China.
Tak sampai disitu, pada tahun 2018 Kemenpar RI kemudian mulai menggandeng lebih banyak restoran, terdapat sekitar 100 restoran diaspora yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Restoran ini tersebar di beberapa negara seperti Perancis, Australia, Kanada, Jerman, Denmark, Spanyol, Finlandia, Inggris, Hong Kong, Italia, Korea Selatan, Malaysia, Belanda, Uni Emirat Arab, Swedia, Singapura, Turki, dan Amerika Serikat.Â
Selain melakukan program co-Branding 100 restoran Indonesia, Kemenpar juga menetapkan makanan nasional versi mereka yaitu Soto, Rendang, Gado-gado, Sate, dan Nasi Goreng serta menetapkan Bali, Bandung, Semarang, Solo dan Yogyakarta sebagai destinasi kuliner bagi wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia. Cara ini digunakan untuk menunjukkan keanekaragaman kuliner serta mencapai kepentingan nasional indonesia di negara-negara lain serta meningkatkan nation branding.
Imanuella. Upaya Gastrodiplomasi di Korea Utara
Tak hanya di Tiongkok saja, Indonesia juga melakukan diplomasi kuliner di Korea Utara. Pada 16 Oktober 2016, KBRI Pyongyang kembali bergabung dalam kegiatan festival kuliner dan olahraga di Pyongyang. Acara ini diadakan oleh Kementerian Luar Negeri Korea Utara, tepatnya di Rungra People's Sports Park, Kompleks Stadion May Day. Produk panganan yang dijual adalah nasi goreng teri, mie goreng basko ikan, dadar gulung, puding dan jus buah kemasan produk Indonesia. Respon yang diberikan oleh warga asing dan warga Korea Utara sangat positif, sebab dalam kurun waktu sejam, seluruh makanan habis terjual.
Imanuella, Upaya Gastrodiplomasi di Korea Utara
Di lain kesempatan, pada tanggal 25 Desember 2019, KBRI Pyongyang mengadakan kegiatan yang bertujuan untuk mempromosikan keberagaman budaya Indonesia, di Wisma Duta Besar Pyongyang. Acara ini dihadiri 90 orang, mulai dari kalangan diplomatik, warga setempat, dan warga Indonesia yang menetap di Korea Utara. Lewat kegiatan ini, KBRI Pyongyang berhasil memperkenalkan banyak kuliner special Indonesia, misalnya, nasi goreng, sate, lumpia, nastar, dan dadar gulung, sekaligus juga produk makanan ringan, seperti permen dan wafer. Kegiatan diplomasi kuliner ini semakin gencar pada tahun 2019 dan terus berlanjut hingga sekarang.
Kegiatan gastrodiplomasi juga dilakukan di Amerika Serikat. Dua tahun lalu, KJRI San Fransisco bekerjasama dengan ISAUW (Persatuan Mahasiswa Indonesia di Universitas Washington) berhasil menyelenggarakan festival budaya Indonesia bertajuk "Keraton 2022" pada tanggal 7 Juni. Festival ini bertujuan untuk mempromisikan identitas budaya Indonesia khususnya di Seattle, ibu kota negara bagian Washington State. Festival "Keraton 2022" menampilkan berbagai pertunjukan grup musik dan tarian, fashion batik, bazar makanan, dan permainan tradisional rakyat (folklore).Â
Tidak kurang dari empat ribuan orang pengunjung memadati pergelaran tersebut sejak acara dibuka pukul 4 sore hingga 9 malam. Mulai dari mahasiswa dan masyarakat Indonesia serta warga lokal bahkan warga negara lain yang ada di wilayah Pantai Barat AS turut berkunjung. Berbagai pertunjukkan tersebut ditampilkan oleh mahasiswa, warga dan diaspora Indonesia, serta grup seni tradisional Indonesia yang beranggotakan warga negara setempat.Â