Mohon tunggu...
Jonathan Aditya Widjanarko
Jonathan Aditya Widjanarko Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional UPN "Veteran" Yogyakarta

-

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Upaya Gastrodiplomasi sebagai Instrumen Diplomasi Publik Indonesia di Kancah Internasional

18 Mei 2024   15:09 Diperbarui: 18 Mei 2024   17:18 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://ameera.republika.co.id

Diplomasi Publik

Saat ini, negara-negara semakin sering menggunakan soft diplomacy sebagai alat utama dalam hubungan internasional. Faktor-faktor seperti perkembangan teknologi, dinamika politik internasional, dan peran aktor-aktor global berkontribusi signifikan terhadap pergeseran ini. Sedangkan hard diplomacy yang melibatkan tindakan tegas dan konfrontatif, kini hanya diterapkan dalam situasi insidental dan kondisional. 

Sebaliknya, soft diplomacy yang menekankan pada pendekatan kooperatif dan aman menjadi lebih dominan. Salah satu bentuk soft diplomacy yang paling populer adalah diplomasi publik, di mana negara-negara berusaha membangun hubungan positif dengan masyarakat internasional melalui komunikasi dan pertukaran budaya. 

Dengan menggunakan diplomasi publik, negara-negara dapat meningkatkan citra mereka, membangun kepercayaan, dan mempromosikan nilai-nilai mereka. Pendekatan ini dianggap lebih efektif dalam menciptakan pemahaman, kerjasama, dan stabilitas di antara negara-negara. Ini juga memungkinkan negara-negara untuk menghadapi tantangan global secara bersama-sama, dengan cara yang lebih damai dan konstruktif.

Adanya diplomasi publik tentu memiliki tujuan yang akan dicapai. Menurut Jay Wang, diplomasi publik sebagai konsep yang sifatnya multi dimensi dan mencakup tiga tujuan utama, yaitu: (1) mempromosikan tujuan dan kebijakan negara, (2) bentuk komunikasi nilai dan sikap, serta (3) sebagai sarana untuk meningkatkan pemahaman bersama dan mutual trust antara negara dan masyarakat. Jika membaca tujuan tadi, pemerintah menggunakan komunikasi dalam diplomasinya, serta melibatkan semua kekuatan yang ada dalam negara tersebut. Seiring dengan makin kompleksnya isu-isu dalam hubungan internasional, aktivitas diplomasi dituntut berperan lebih signifikan dan efektif untuk kepentingan nasional. Salah satu instrumen dari diplomasi publik adalah diadakannya gastrodiplomasi.

Gastrodiplomasi

Singkatnya, gastrodiplomasi merupakan diplomasi budaya yang menggunakan makanan/kuliner sebagai sarana untuk meningkatkan brand awareness suatu bangsa. Gastrodiplomasi merupakan bagian dari diplomasi publik dan diplomasi budaya, yang merupakan cara halus untuk dapat meningkatkan apresiasi, membangun saling pengertian dan memperbaiki citra bangsa. 

Pemerintah harus mengambil langkah untuk melindungi kekayaan budaya Indonesia dengan menjaga dan melestarikan seluruh warisan budaya yang ada, termasuk warisan budaya kuliner. Langkah ini dilakukan untuk mencegah pengklaiman oleh negara lain di masa depan. Pencurian budaya oleh negara lain sering terjadi karena kurangnya perhatian pemerintah terhadap kekayaan budaya, sehingga memberikan peluang bagi negara lain untuk mengklaimnya. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk tidak hanya memperkenalkan budaya Indonesia kepada generasi penerus, tetapi juga kepada masyarakat internasional.

Beberapa contoh negara di dunia sudah menggunakan gastrodiplomasi terlebih dahulu dan berhasil dalam menjalankannya sehingga mereka dapat memperkenalkan kuliner dan budaya ke negara lain. Thailand, merupakan salah satu negara yang sukses dalam menggunakan kuliner sebagai diplomasi melalui program "Global Thai" pada tahun 2002. Hasilnya makanan Thailand begitu mendunia. Setelah itu disusul negara-negara berikutnya yaitu Denmark, Swedia, Norwegia, Jepang, Peru, Malaysia, Taiwan, dan Australia.

Gastrodiplomasi Indonesia

Lantas bagaimana dengan Indonesia? Meski belum mengeluarkan kampanye besar layaknya Kitchen of The World milik Thailand, Indonesia kerap kali telah melancarkan gastrodiplomasi di berbagai negara. Indonesia sendiri merupakan salah satu negara yang memiliki makanan khas yang beraneka ragam. 

Pada awal penyelenggaraan gastrodiplomasi, Indonesia menggandeng diaspora untuk memperkenalkan kuliner Indonesia di restoran mereka. Pada tahun 2016, Kemenpar RI bekerjasama dengan perusahaan swasta kemudian mendirikan Restoran yang bernama "Wonderful Indonesia". Langkah ini dilakukan dengan cara me-rebranding dan co-branding restoran yang telah berdiri. Restoran ini berdiri tepatnya di No. 311 Jinzhai Road Shushan District, Hefei, Anhui, China.

Tak sampai disitu, pada tahun 2018 Kemenpar RI kemudian mulai menggandeng lebih banyak restoran, terdapat sekitar 100 restoran diaspora yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Restoran ini tersebar di beberapa negara seperti Perancis, Australia, Kanada, Jerman, Denmark, Spanyol, Finlandia, Inggris, Hong Kong, Italia, Korea Selatan, Malaysia, Belanda, Uni Emirat Arab, Swedia, Singapura, Turki, dan Amerika Serikat. 

Selain melakukan program co-Branding 100 restoran Indonesia, Kemenpar juga menetapkan makanan nasional versi mereka yaitu Soto, Rendang, Gado-gado, Sate, dan Nasi Goreng serta menetapkan Bali, Bandung, Semarang, Solo dan Yogyakarta sebagai destinasi kuliner bagi wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia. Cara ini digunakan untuk menunjukkan keanekaragaman kuliner serta mencapai kepentingan nasional indonesia di negara-negara lain serta meningkatkan nation branding.

dokpri
dokpri
Imanuella. Upaya Gastrodiplomasi di Korea Utara

Tak hanya di Tiongkok saja, Indonesia juga melakukan diplomasi kuliner di Korea Utara. Pada 16 Oktober 2016, KBRI Pyongyang kembali bergabung dalam kegiatan festival kuliner dan olahraga di Pyongyang. Acara ini diadakan oleh Kementerian Luar Negeri Korea Utara, tepatnya di Rungra People's Sports Park, Kompleks Stadion May Day. Produk panganan yang dijual adalah nasi goreng teri, mie goreng basko ikan, dadar gulung, puding dan jus buah kemasan produk Indonesia. Respon yang diberikan oleh warga asing dan warga Korea Utara sangat positif, sebab dalam kurun waktu sejam, seluruh makanan habis terjual.

dokpri
dokpri
Imanuella, Upaya Gastrodiplomasi di Korea Utara

Di lain kesempatan, pada tanggal 25 Desember 2019, KBRI Pyongyang mengadakan kegiatan yang bertujuan untuk mempromosikan keberagaman budaya Indonesia, di Wisma Duta Besar Pyongyang. Acara ini dihadiri 90 orang, mulai dari kalangan diplomatik, warga setempat, dan warga Indonesia yang menetap di Korea Utara. Lewat kegiatan ini, KBRI Pyongyang berhasil memperkenalkan banyak kuliner special Indonesia, misalnya, nasi goreng, sate, lumpia, nastar, dan dadar gulung, sekaligus juga produk makanan ringan, seperti permen dan wafer. Kegiatan diplomasi kuliner ini semakin gencar pada tahun 2019 dan terus berlanjut hingga sekarang.

kemlu.go.id
kemlu.go.id

Kegiatan gastrodiplomasi juga dilakukan di Amerika Serikat. Dua tahun lalu, KJRI San Fransisco bekerjasama dengan ISAUW (Persatuan Mahasiswa Indonesia di Universitas Washington) berhasil menyelenggarakan festival budaya Indonesia bertajuk "Keraton 2022" pada tanggal 7 Juni. Festival ini bertujuan untuk mempromisikan identitas budaya Indonesia khususnya di Seattle, ibu kota negara bagian Washington State. Festival "Keraton 2022" menampilkan berbagai pertunjukan grup musik dan tarian, fashion batik, bazar makanan, dan permainan tradisional rakyat (folklore). 

Tidak kurang dari empat ribuan orang pengunjung memadati pergelaran tersebut sejak acara dibuka pukul 4 sore hingga 9 malam. Mulai dari mahasiswa dan masyarakat Indonesia serta warga lokal bahkan warga negara lain yang ada di wilayah Pantai Barat AS turut berkunjung. Berbagai pertunjukkan tersebut ditampilkan oleh mahasiswa, warga dan diaspora Indonesia, serta grup seni tradisional Indonesia yang beranggotakan warga negara setempat. 

Bukan hanya pertunjukan seni, namun mahasiswa Indonesia di Universitas Washington saat itu juga memainkan perannya dalam gastrodiplomasi untuk memperkuat nation branding, khususnya promosi autentisitas makanan khas Indonesia. Jajanan yang disediakan mulai dari bakso tahu, batagor, sate, nasi padang, mie kuah dan mie goreng, gorengan bakwan, aneka kue, martabak, serta kopi khas Indonesia.

Seperti beberapa contoh yang telah dijelaskan, gastrodiplomasi terbilang sukses dalam rangka menaikkan citra dan memperkenalkan kearifan kuliner yang dimiliki oleh Indonesia. Dengan kekayaan bumbu rempah dan masakan khas yang dimiliki, Indonesia diharapkan dapat semakin menggencarkan gastrodiplomasinya. Dalam acara National Seminar on Economic Diplomacy: "Gastrodiplomacy to Strengthen the Indonesian Economy" pada 17 Oktober 2019, Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, telah menyebutkan pentingnya gastrodiplomasi untuk meningkatkan citra sekaligus mengembangkan industri makanan di luar negeri. Beliau juga mengatakan peran makanan sebagai identitas nasional dapat dimanfaatkan untuk menguatkan soft power Indonesia. Strategi ini berusaha untuk mengekspor artefak budaya nasional untuk dunia yang lebih luas dalam bentuk hidangan nasional, atau lebih luas lagi, masakan nasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun