Mohon tunggu...
JONATHAN PARULIAN
JONATHAN PARULIAN Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Bakrie

Mahasiswa ilmu politik yang memiliki minat dalam technology, Agriculture, Technology, dan Public Policy

Selanjutnya

Tutup

Politik

Gerakan "Save Europe" yang Bersifat Anti-Imigran di Sylt, Jerman

8 November 2024   02:24 Diperbarui: 8 November 2024   02:40 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teori Wimmer tentang pembuatan batas etnis menyatakan bahwa untuk mempertahankan kontrol atas kelompok minoritas, kelompok dominan sering kali membuat batas-batas sosial (Wimmer, 2013). Tuntutan para demonstran akan "Auslnder raus" di Sylt merupakan upaya yang jelas untuk menegakkan perbedaan antara orang Jerman "asli" dan orang asing. Dalam konteks di mana keseragaman etnis atau budaya dihargai, pendekatan ini merupakan bagian dari upaya yang lebih besar untuk mempertahankan dominasi budaya. Menurut pengamatan Wimmer, gerakan-gerakan ini merupakan upaya untuk melestarikan kemurnian budaya yang dirasakan, sering kali dengan melarang individu yang dianggap "lain". Gerakan-gerakan ini bukan hanya tentang ekonomi atau keamanan.

Pengecualian di Ruang Publik dan Demokrasi

Dalam diskusinya tentang ranah publik, Jurgen Habermas menyoroti bahwa demokrasi idealnya mempromosikan wacana inklusif di semua kelompok (Habermas, 1996). Namun, kelompok-kelompok seperti "Save Europe" menggunakan manipulasi publik untuk memajukan tujuan-tujuan eksklusif mereka. Para demonstran di Sylt memupuk lingkungan di mana prasangka anti-imigran diterima, bahkan didorong, dengan bersatu di balik satu slogan yang memecah belah. Percakapan ini melemahkan cita-cita demokrasi tentang inklusivitas dengan menunjukkan bagaimana keyakinan populis sering kali mencegah perspektif minoritas untuk didengar di ranah publik.

Analisis terhadap Sanggahan dan Argumen Sanggahan

Para pendukung "Selamatkan Eropa" mungkin berpendapat bahwa tindakan mereka pro-Eropa dan bukannya anti-imigran, dengan menyatakan bahwa mereka memiliki hak untuk melindungi adat istiadat dan budaya mereka. Namun, sudut pandang ini mengabaikan efek menguntungkan dari imigrasi terhadap ekonomi dan budaya regional. Selain itu, berkonsentrasi pada pengucilan mengabaikan masalah ekonomi yang mendasar, yang merupakan konsekuensi dari dinamika global yang rumit, bukan karena imigrasi. Alih-alih mempromosikan kebersamaan, retorika populis justru memperparah perpecahan sosial dan mengalihkan perhatian dari solusi praktis.

KESIMPULAN

Slogan "Auslnder raus" dan protes "Selamatkan Eropa" merupakan cerminan dari keprihatinan yang sudah berlangsung lama mengenai identitas, rasa memiliki, dan dugaan menurunnya nilai-nilai budaya dalam masyarakat yang semakin mengglobal. Dengan menerapkan gagasan Giddens, Castells, Wimmer, Mudde, dan Habermas, kita dapat melihat bagaimana gerakan-gerakan tersebut menciptakan batas-batas yang pada akhirnya memecah belah masyarakat, di samping mempertahankan identitas. Gerakan-gerakan semacam itu berisiko memecah belah Eropa daripada "menyelamatkannya", mengikis kohesi sosialnya dengan memupuk permusuhan dan marjinalisasi. Membangun komunitas yang inklusif di mana identitas yang berbeda dapat hidup berdampingan sambil menghormati tradisi dan lanskap multikultural yang terus berubah adalah kunci ketahanan sejati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun