Mohon tunggu...
JONATHAN PARULIAN
JONATHAN PARULIAN Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Bakrie

Mahasiswa ilmu politik yang memiliki minat dalam technology, Agriculture, Technology, dan Public Policy

Selanjutnya

Tutup

Politik

Gerakan "Save Europe" yang Bersifat Anti-Imigran di Sylt, Jerman

8 November 2024   02:24 Diperbarui: 8 November 2024   02:40 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik


"Save Europe" yang berarti "Selamatkan Eropa" merupakan suatu sentimen anti-imigran yang baru-baru ini mencapai titik kritis di Eropa. seperti yang dibuktikan oleh protes di Sylt, Jerman, ketika para pengunjuk rasa meneriakkan "Auslnder raus" (orang asing keluar). Gerakan yang menamakan dirinya "Save Europe" ini berusaha untuk mempertahankan identitas dan budaya Eropa dari dugaan bahaya imigrasi. Namun, langkah-langkah tersebut menimbulkan pertanyaan tentang siapa dan untuk apa "Eropa" sebenarnya diselamatkan. Pertarungan yang lebih dalam untuk mendapatkan identitas, rasa memiliki, dan kekuasaan dalam masyarakat yang semakin beragam akan terlihat jelas ketika kita memahami dasar-dasar politik dan sosio-ekonomi dari gerakan ini. Dengan menggunakan perspektif sosiolog politik seperti Giddens, Castells, Habermas, Wimmer, dan Mudde, artikel ini secara kritis menganalisis gerakan "Save Europe" dalam pandangan Sosiologi Politik

Meskipun sentimen anti-imigran bukanlah hal baru di Eropa, sentimen ini semakin menguat akhir-akhir ini seiring dengan menguatnya partai nasionalis dan populis di Jerman. contohnya ialah "Alternative fr Deutschland" atau (AfD), yang dikenal dengan sikap anti-imigran dan Eurosceptic-nya, muncul sebagai partai nasionalis terkemuka di Jerman. Platformnya mencakup penentangan yang kuat terhadap kebijakan imigrasi dan peran Uni Eropa dalam pemerintahan Jerman. Partai ini mendapatkan momentum selama krisis pengungsi 2015 dan terus mengadvokasi pembatasan imigrasi dan mempromosikan nasionalisme Jerman.

Ketakutan akan kemerosotan budaya yang disebabkan oleh imigrasi dan globalisasi, yang telah diperparah oleh gejolak sosial dan ekonomi baru-baru ini, tercermin dalam pawai "Selamatkan Eropa", terutama di Sylt. Dengan mereduksi kesulitan sosial ekonomi yang rumit menjadi dikotomi etnis atau budaya, gerakan populis menggunakan kecemasan ini untuk menciptakan rasa kita versus mereka (Mudde & Kaltwasser, 2017).

Identitas dan Keterasingan di Eropa Modern

Menurut Anthony Giddens, modernitas telah mengubah identitas seseorang dan sering kali membuat mereka merasa "tercerabut" dari lingkungannya (Giddens, 1991). Terutama di daerah-daerah kecil atau terisolasi, percampuran budaya yang dibawa oleh globalisasi dapat menyebabkan kelompok-kelompok dominan merasa seolah-olah kehilangan identitas mereka. Keterasingan ini terlihat dalam protes di Sylt, di mana penduduk khawatir bahwa masuknya imigran yang mereka anggap tidak memiliki nilai-nilai yang sama atau tidak menghargai mereka akan menyebabkan mereka kehilangan identitas Jerman. Dengan slogan "Selamatkan Eropa", para demonstran ingin mengembalikan apa yang mereka anggap sebagai identitas yang terancam.

Populisme sebagai Kekuatan untuk Mobilisasi

Menurut Mudde, teori-teori populisme memberikan wawasan tentang sentimen di balik kampanye seperti "Selamatkan Eropa". Subjek imigrasi terkadang disajikan dalam istilah yang tajam dan polarisasi dengan bahasa populis, yang menggambarkan imigran sebagai bahaya bagi tatanan sosial dan stabilitas ekonomi (Mudde & Kaltwasser, 2017). Di tempat-tempat seperti Sylt, di mana penduduk setempat mungkin percaya bahwa pendapat mereka diabaikan demi kebijakan pro-imigran yang "benar secara politis", mentalitas kita-lawan-mereka ini sangat terasa. Kebencian dan kecemasan lokal disalurkan melalui populisme, yang menginspirasi orang-orang untuk melindungi apa yang mereka anggap sebagai warisan budaya mereka.

Fungsi Media dalam Meningkatkan Gerakan Sosial

Castells menekankan dalam Networks of Outrage and Hope bagaimana gerakan sosial dapat dipicu oleh media digital, yang menawarkan tempat untuk penyebaran ide dan mobilisasi yang cepat (Castells, 2012). Tagline "Selamatkan Eropa" menjadi populer di media sosial, menyatukan orang-orang yang berpikiran sama dari berbagai tempat. Gerakan ini mendapatkan keuntungan dari kehadiran online yang memperbesar keluhan yang dirasakan atau yang sebenarnya terhadap para imigran, menumbuhkan jaringan solidaritas global yang melintasi batas-batas negara. Teori Castells menggambarkan bagaimana komunitas online ini menginformasikan dan mengagitasi perdebatan imigrasi.

Membangun kebersamaan antar-komunitas minoritas dengan "batas etnis"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun