Mohon tunggu...
Jonathan Diego Susanto
Jonathan Diego Susanto Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

halo

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kunjungan ke Pondok Pesantren Membangun Toleransi

21 November 2024   00:50 Diperbarui: 21 November 2024   01:10 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyambutan (sumber : penulis)

Dengan kebudayaan yang berbeda-beda bersatu, kedua belajar untuk bisa saling menghargai agar bisa hidup berdampingan walaupun hanya dalam jangka waktu pendek. Para pelajar dari Kolese Kanisius jadi memiliki wawasan yang lebih baik mengenai agama Islam dan gaya hidup yang bersangkutan, seperti sholat lima waktu, mengaji, dan sebagainya. 

Di sisi lain, semua pelajar Kolese Kanisius yang mengunjungi pondok pesantren Bismillah merasa dihargai dan disambut dengan ramah. Sebagai hasil, kedua kelompok bisa hidup berdampingan selama waktu yang tersedia dengan rukun. 

Kunjungan ke pondok pesantren ini memiliki pesan yang cukup penting untuk bangsa Indonesia. Di tengah zaman yang sedang kurang jelas dan penuh kebimbangan, perpecahan bangsa hanya akan menimbulkan masalah. Namun, masih ada banyak kasus rasisme yang bertebaran di sekitar media sosial yang berkaitan dengan diskriminasi agama, ras, dan sebagainya. 

Hal tersebut tidak mencerminkan nilai-nilai Pancasila yang diwariskan oleh para pendiri negara Indonesia. Mungkin jika mereka melihat bangsa Indonesia sekarang, mereka akan kecewa. Oleh karena itu, acara kunjungan ini menjadi salah satu momen penting untuk memulai perubahan. 

Para pelajar yang terlibat dalam kunjungan ini telah menunjukkan kepada dunia bahwa hidup berdampingan dengan agama lain secara rukun bukanlah hal mustahil. Bahkan, perasaan tersebut tidak akan ada jika bisa menemukan kesamaan. 

Kesamaan-kesamaan tersebut bisa hadir dalam cara berpikir. "Kita sama-sama manusia", "Semua manusia tercipta dari tanah dan akan kembali menjadi tanah", "Kita semua terlahir pada tanah air Indonesia", adalah beberapa pemikiran yang mendasari kesamaan pada keberagaman.  

Setelah sudah ditemukan kesamaan dalam keberagaman, langkah selanjutnya adalah toleransi. Ada sebuah pepatah dari surat Al-Kafirun ayat 6 yang berbunyi "Lakum dinukum waliyadin", yang berarti bagiku agamaku dan bagimu agamamu. 

Setiap agama memiliki budaya dan gaya hidup masing-masing. Sebagai umat beragama baik, gaya hidup tiap umat beragama perlu dihargai. Jika ada umat Islam yang sedang sholawat, biarkanlah. Jika ada umat Katolik yang sedang doa salam maria, biarkanlah. 

Jika ada umat Hindu yang sedang mengucapkan mantra, biarkanlah. Oleh karena itu, dalam menjalani kehidupan beragama, membangun kerukunan antar umat beragama yang bersifat plural merupakan hal esensial sebagai orang Indonesia. "Sebab agama melarang adanya perpecahan, bukan perbedaan" -- Gus Dur  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun