"Alam adalah guru terbesar kita; semakin kita melindungi, semakin kita belajar untuk hidup selaras dengannya." – David Suzuki
Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur adalah proyek monumental yang diharapkan menjadi simbol modernisasi dan pemerataan pembangunan Indonesia. Namun, kecepatan dan skala besar proyek ini telah menimbulkan kekhawatiran tentang dampaknya terhadap lingkungan. Pembukaan lahan besar-besaran untuk infrastruktur, seperti perkantoran pemerintah, jalan, dan fasilitas umum, berpotensi merusak ekosistem alami yang sangat penting bagi Kalimantan. Reforestasi dan penghijauan kemudian muncul sebagai solusi yang sangat relevan untuk mengurangi dampak negatif yang mungkin ditimbulkan oleh proyek ini.
Salah satu dampak paling signifikan dari percepatan pembangunan IKN adalah deforestasi. Kalimantan adalah rumah bagi salah satu hutan hujan tropis terbesar di dunia. Hal ini membuat Kalimantan memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem global. Hutan ini tidak hanya menjadi habitat bagi ribuan spesies flora dan fauna, tetapi juga berfungsi sebagai paru-paru dunia yang menyerap karbon dioksida dan memproduksi oksigen. Ketika hutan ditebang untuk pembangunan infrastruktur, kapasitas penyerapan karbon berkurang, yang pada gilirannya mempercepat pemanasan global. Selain itu, deforestasi meningkatkan risiko banjir dan tanah longsor, yang dapat merugikan masyarakat lokal dan mengancam stabilitas ekosistem.
Penghijauan dan reforestasi menjadi solusi yang sangat mendesak dan relevan untuk mengatasi dampak lingkungan ini. Reforestasi merujuk pada penanaman kembali pohon-pohon di area yang sebelumnya hutan tetapi telah gundul akibat aktivitas manusia, sementara penghijauan mencakup kegiatan yang lebih luas, termasuk penanaman pohon di area urban dan area terbuka lainnya untuk memperbaiki kualitas lingkungan.
Urgensi dari Penghijauan dan Reforestasi
Penanaman kembali pohon asli di daerah yang telah ditebang dapat mengembalikan habitat satwa liar dan memulihkan keanekaragaman hayati. Ini sangat penting mengingat banyak spesies di Kalimantan yang terancam punah seperti orang utan, bekantan, dan berbagai spesies burung endemik.
Penanaman kembali pohon juga menjadi solusi untuk mengurangi emisi karbon. Pohon memiliki kemampuan menyerap karbon dioksida, gas rumah kaca utama yang menyebabkan pemanasan global. Dengan meningkatkan luas hutan melalui reforestasi, kapasitas Indonesia untuk mengurangi emisi karbon dapat ditingkatkan sehingga membantu negara mencapai target iklim yang telah ditetapkan.
Implementasi Penghijauan dan Reforestasi yang Efektif
Untuk memastikan bahwa program penghijauan dan reforestasi benar-benar efektif, ada beberapa langkah penting yang harus diambil menyangkut keterlibatan komunitas lokal, penanaman spesies pohon endemik, dan zona hijau di kawasan urban.Â
Penanaman pohon harus menggunakan spesies yang asli dari hutan Kalimantan, bukan tanaman asing yang berpotensi merusak ekosistem lokal. Pohon-pohon seperti meranti, ulin, dan damar dapat membantu memulihkan ekosistem dengan cara yang paling alami. Hal ini membuat keberhasilan program reforestasi bergantung pada partisipasi masyarakat setempat. Masyarakat adat dan penduduk lokal harus dilibatkan dalam setiap tahap, mulai dari perencanaan hingga implementasi karena mereka memiliki pengetahuan tentang ekosistem lokal dan dapat membantu memilih spesies pohon yang tepat untuk ditanam.