Kata orang “yang dekat malah terlupakan” cocok buat saya. Pasalnya setiap saya jalan-jalan pasti nyari tempat yang jauh. Tujuannya sih cuma ingin tempat jalan-jalan saya bukan tempat yang mainstream. Oleh sebab itu, pada edisi jalan-jalan musim panas ini saya pergi ke Karimunjawa, suatu destinasi wisata yang letaknya di sebelah utara Pulau Jawa.
Ke Karimunjawa bagi saya rasanya seperti pulang ke kampung halaman. Yap, kampung saya adalah Solo yang berada dalam satu provinsi dengan Karimunjawa, yaitu Jawa Tengah. Tuh kan, masak orang Jawa tinggal di Pulau Jawa pula nggak pernah ke sana? #Payah
Sempat terpikir Karimunjawa ini kondisinya mungkin sama seperti pulau yang ada di dekat Jakarta yang katanya kurang optimal dalam perawatannya. Katanya? Ya saya kan belum pernah ke sana. #MaafkanAku
Perjalanan pun dimulai, karena jaraknya dekat dari Jakarta, saya memutuskan untuk bawa mobil sendiri. Dikendarai ya maksudnya, bukan dibawa-bawa/ditenteng. Dari Jakarta ke Karimunjawa saya harus transit dulu di Kota Jepara sebelum menyeberang naik kapal. Dengan sudah adanya jalan tol sampai “Brexit” alias Brebes Exit, perjalanan bisa ditempuh hanya selama 11 jam. Sampai di Jepara saya tidak langsung nyeberang karena hari sudah malam dan perjalanan dilanjutkan keesokan harinya.
Pagi setelah sarapan saya langsung bergegas pergi ke Pelabuhan Jepara. Waktu itu pelabuhan tidak terlalu ramai, mungkin karena ini sudah bukan musim liburan lagi. Yes, ini memang seperti yang sudah direncanakan, pergi jalan-jalan saat orang lain kembali bekerja. Penyeberangan melalui laut membutuhkan waktu dua jam tergantung dari kapal apa yang dipakai.
Perjalanan laut yang cukup lama tidak terlalu terasa karena sudah tidak sabar lagi untuk segera sampai. Sesampainya di Pelabuhan Karimunjawa, sudah ada pegawai penginapan yang menunggu. Waktu itu saya memesan penginapan di sebuah pulau yang bernama Menjangan Kecil. Untuk sampai ke penginapan saya perlu untuk menyeberang lagi pakai perahu tradisional ke sebuah pulau bernama Menjangan Kecil. Sedikit repot dan membutuhkan waktu lagi untuk ke sana, tapi rasanya lebih enak dan nyaman jika tinggal di sebuah pulau kecil daripada di pulau utama yang sudah ramai #Tips. Pulau Menjangan Kecil hanya memiliki satu penginapan, yaitu Menjangan Resort. Tenang, ini bukan resor-resor biasa yang mahal atau mewah, ini hanyacottage-cottage sederhana yang berjejer di pinggir pantai dengan harga yang bisa dikatakan sangat murah.
By the way, Pulau Menjangan Kecil adalah bagian dari objek wisata yang ditawarkan dalam paket-paket wisata. Jadi, dengan menginap di sini ya bisa lebih hemat karena kunjungan khusus ke sini bisa dihapus dan diganti dengan yang lain. Rasanya senang sekali bisa kembali tinggal di sebuah pulau kecil yang dikeliling oleh pantai pasir putih dan laut yang biru.
Biasanya orang pergi ke sini untuk melakukan snorkeling dan melihat sunset. Keindahan bawah lautnya lumayan oke, karangnya sangat rapat dan jarak antara karang dengan permukaan air sangat dangkal. Di beberapa spot banyak karang yang rusak karena bom ikan, ada juga yang terlihat seperti patah karena jangkar kapal.
FYI, sekarang di Karimunjawa kapal-kapal wisata yang membawa tamu untuk snorkeling atau diving tidak boleh melepaskan jangkarnya, di spot-spot snorkeling sudah dipasangkan seperti “buoy” atau pelampung untuk tempat menambat kapal. Saya tidak tau sih sudah berapa lama ini diterapkan, pastinya ini adalah sebuah langkah bagus untuk menjaga ekosistem laut.
“Sekarang sudah nggak boleh Mas lepas jangkar ke bawah, kalo ketauan bisa kena sanksi,” kata Mas Dananr, guide yang menemani saya.
“Semua guide juga disuruh mengawasi para tamu yang snorkeling supaya tidak menginjak karang, kan kalo diinjak bisa rusak karangnya,” timpalnya lagi.
Karimunjawa itu ternyata luas ya. Jejeran pulau-pulaunya ada berjumlah 27 pulau dengan Pulau Karimunjawa sebagai pulau utama. Katanya diperlukan waktu kira-kira seminggu untuk menjelajah semua pulaunya. Karena saya hanya empat hari saja ya jangan harap bisa mengeksplorasi semua.
Akhirnya di hari pertama saya berangkat naik perahu bersama keluarga dan rombongan 4 orang yang asalnya dari Bandung. Petualangan mengelilingi surga bahari Jawa pun dimulai.
Pulau Menjangan Besar
Tempat yang saya kunjungi di hari pertama di Karimunjawa bisa dibilang daya tarik utama kalau orang jalan-jalan ke sini. Yap, berenang sama hiu! Sebenernya ini adalah sebuah tempat penangkaran. Saya tidak tanya apakah penangkaran ini tujuannya hanya untuk pariwisata atau buat dimakan juga. Selain hiu, di sini ada beberapa hewan laut unik yang sengaja dipelihara seperti penyu, ikan buntal, anemone, dan bintang laut. Sebelum mencoba berenang sih berani banget, hiunya pasti baik pikir saya. Tapi setelah masuk ke dalam air, perasaan berani tadi jadi berubah sedikit takut.
“Aduh ini gigit gak ya hiunya?” tanya saya ke penjaga sambil menarik diri dari air. “Nggak kok ngga bakal gigit, wong ini peliharaan kok,” jawab penjaga tadi sambil terkekeh.
Padahal, teman saya sekapal berani untuk menyelam dan melihat langsung muka dengan muka sama hiu. Dia dengan beraninya langsung memegang badan ikan hiu tersebut. Ah kalau di alam bebas sih saya berani, tapi di sini nggak deh #AlasanTakMasukAkal
Di penangkaran ini bukan hanya hewan laut aja yang ditangkarkan, manusia juga, eh maksudnya ada penginapan juga di sini. Jadi siapa yang demen lama-lamaan sama hiu bisa nih nginap di sini plus kamar-kamarnya berada di atas air!
Free diving di spot Maer
Maer? Maak aerrr…. Hush! Bukan itu maksudnya, Maer adalah salah satu lokasi favorit buat snorkeling di Karimunjawa. Di sini terumbu karangnya lebih berwarna daripada yang lain, kondisinya juga lumayan bagus. Ikan-ikan sangat banyak, coba saja taruh sedikit potongan roti di permukaan, tidak sampai satu detik ikan-ikan berwarna biru bergaris hitam menyerbu.
Di saat yang lain sibuk untuk mengambil gambar narsis di dalam air, saya coba free dive mencari suatu yang wajib dilihat kalau lagi di laut, ikan nemo. Tak lama kemudian saya menemukannya, dan kali ini bisa ketemu nemo yang besarnya seukuran tangan!
Ombak saat kami berenang lumayan besar, memang spot ini jarak dari pulau terdekat lumayan jauh dibanding spot lainnya. Alhasil, baru sebentar saja free dive tubuh saya sepertinya sudah capek sekali, belum lagi pas ambil nafas bukannya udara yang masuk malah air laut.
Piknik Seru di Pantai Batu Topeng
Setelah capek berenang di laut enaknya makan nih. Nakhoda kami mulai menyalakan kembali mesin kapal lalu berlayar menuju Pantai Batu Topeng. Kenapa diberi nama Batu Topeng? Karena dulu katanya di sini ada batu besar di pinggir laut yang kelihatan membentuk seperti wajah manusia.
Sesampainya di pantai, guide kami langsung menyiapkan peralatan memasak untuk membakar ikan. Nikmatnya makan ikan bakar fresh di pinggir pantai! Nikmat sih tapi saya tidak makan ikan (proud to be vegetarian!). Buah kelapa tidak lupa untuk dicoba, airnya bagus buat melepas dahaga di tengah terik matahari siang.
Ada satu keunikan pantai ini, yaitu adanya pondok kecil yang menjorok ke laut. Untuk ke pondok ini kita harus menyeberang air sedalam pinggang, sayang tidak dibikin sekalian jembatannya. Selain itu saya bisa naik ke atas tumpukan batu karang yang besar. Spot ini cocok buat saya untuk mengambil gambar dari angle yang lebih tinggi dari pantai.
Hari sudah semakin gelap sehingga Pak Busyro sang nakhoda mengarahkan kami kembali ke Menjangan Kecil untuk melihat sunsetsekaligus istirahat mengumpulkan energi untuk petualangan selanjutnya.
Let’s Explore the Beauty of Indonesia!
Hei! Mau baca cerita-cerita perjalanan saya yg gak kalah seru? Klik aja blog saya di The Spiffy Traveller.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H