Mohon tunggu...
Jonathan Hasudungan
Jonathan Hasudungan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Terfokus pada topik-topik sejarah sosial, budaya dan politik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Manusia dan Kekuasaan

6 November 2024   18:34 Diperbarui: 6 November 2024   18:44 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

-Budaya Participant Citizens: Masyarakat sadar dan memiliki pengetahuan mengenai perpolitikan, serta ikut berpartisipasi hingga memengaruhi arah kebijakan negara.

-Budaya Subject : Masyarakat yang memiliki kesadaran dan pengetahuan berpolitik namun partisipasinya terbatas, terlebih sebagai oposisi (Almond, 1963).

Melalui perubahan budaya politik menjadi tipe participant citizens, potensi politisi untuk memanfaatkan kekuasaannya dengan buruk menjadi semakin kecil. Budaya participant citizens perlu didorong melalui edukasi yang dilakukan berbagai aktor, baik itu aktor besar seperti pemerintah dan institusi, hingga aktor paling kecil seperti komunitas sampai keluarga. Selain jenis budaya politik ini, masih ada beberapa klasifikasi budaya politik lainnya yang mendeskripsikan berbagai kultur perpolitikan. Dengan mengubah budaya politik yang korup, niscaya struktur politik juga dapat berjalan sesuai tujuan serta memaksa para politisi untuk tunduk pada sistem yang ada.

Terlepas dari sistem dan budaya politik yang sehat serta berjalan sinkron antara keduanya, niat baik tiap partisipan politik masih diperlukan untuk menjaga idealismenya sendiri. Para partisipan politik, terutama politisi yang memegang kekuasaan, tetap memerlukan penguatan pada kepribadian masing-masing, ini juga menjadi bentuk solusi lain yang bersifat mikro dibandingkan dua solusi pertama yang bersifat struktural. Beberapa contohnya seperti:

  1. Tekun dalam kehidupan rohani dan spiritualitas pribadi, termasuk menjalankan ibadah, melakukan konseling dengan pemuka agama, hingga memahami etika agama yang dianut.

  2. Belajar untuk terbuka dalam menerima kritik dan sudut pandang berbeda, sehingga memupuskan sifat kesewenang-wenanangan yang ada dalam diri.

  3. Membiasakan kejujuran dari hal-hal terkecil dalam kehidupan sehari-hari, dengan demikian tidak membiasakan diri dengan sifat kebohongan dan kemunafikan yang rentan muncul dari kehidupan politik.

  4. Selalu transparan ketika mengemban tanggung jawab dan kepentingan bersama, sehingga peluang untuk melakukan korupsi akan suatu kewajiban menjadi semakin kecil.

  5. Sederhana dalam kehidupan sehari-hari, termasuk menghindari nafsu materialistis terhadap kemewahan duniawi, melalui solusi ini maka seseorang tidak merasakan adanya kebutuhan untuk menyelewengkan kekuasaan politik.

Kombinasi antara solusi makro (struktural) dan mikro (individual) yang telah dijabarkan sebelumnya mungkin bisa mengusahakan terciptanya sikap politisi yang semakin bebas penyelewengan. Idealisme yang dimiliki seseorang sejak sebelum dipegangnya kekuasaan dapat terjaga hingga saat ia memiliki kuasa, dan hingga ia menyelesaikan masa kuasa tersebut. Demikianlah relasi antara manusia dan kekuasaan melalui politik praktis tidak saling merusak, tetapi menghasilkan manfaat untuk masyarakat seperti yang diharapkan.

Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun