Penelitian juga menunjukkan bahwa interaksi lintas budaya dan agama dapat mengurangi prasangka dan memperkuat hubungan sosial. Sebuah studi dari Universitas Harvard mencatat bahwa kegiatan seperti ini meningkatkan empati dan rasa hormat terhadap keberagaman. Studi lain dari Universitas Indonesia menyatakan bahwa pengalaman lintas agama dalam setting informal, seperti kunjungan ini, membantu generasi muda membangun fondasi untuk hidup bersama secara harmonis di tengah pluralitas.
Selain belajar, ekskursi ini juga mempererat kebersamaan. Salah satu momen terbaik adalah saat kami mengunjungi pemandian air panas bersama. Di sana, kami bermain air, bercanda, dan saling mengenal lebih dekat. Tidak ada batas antara kami, siswa Kanisius, dan teman-teman dari pesantren. Selain itu, kami bersama-sama juga melakukan sedikit trekking menuju sebuah curug. Walaupun ukuran curug yang tidak terlalu besar, kebersamaan kami di sana akan selalu diingat setiap dari kami sebagai sebuah pengalaman yang sangat berharga.
Kegiatan ini tidak hanya mengajarkan kami tentang toleransi, tetapi juga memperlihatkan bahwa persahabatan bisa tumbuh di mana saja, melampaui batasan agama atau budaya. Kami pulang dengan hati yang lebih terbuka, membawa pelajaran berharga bahwa perdamaian dimulai dari pemahaman.
Albert Einstein benar, hanya dengan saling memahami, kita bisa menjaga perdamaian. Ekskursi ini menjadi bukti nyata bahwa interaksi lintas agama adalah langkah kecil tetapi berarti menuju masyarakat yang lebih toleran. Kami berharap kegiatan ini dapat menjadi inspirasi bagi sekolah lain untuk menciptakan program serupa, karena toleransi adalah kunci untuk masa depan yang damai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H