Mohon tunggu...
jonansaleh
jonansaleh Mohon Tunggu... Ilustrator - Hands are the second thought

Tangan adalah pena dari pikiran.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

61 Isi Khong Guan

30 April 2024   20:46 Diperbarui: 30 April 2024   23:14 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri: Nikmati Kopi

61. Nak, Bapak tinggalkan sarung di kamar Ibu. Itu untuk membungkus nafsu bapak selepas mencetak kamu. 

Sarung itu dari kulit buaya. Buayanya Ibu tinggalkan di ember

60. Nak, napas Bapak bau tar. Tambahkan kotin di pinggir lintingan biar asam bibir ini

Dulu mulut Bapak bau kemenyan

Penuh sesajen dari para penyembah, yang ada di bawah lutut Bapak 

59. Nak, ambilkan dulu celana Bapak

sudah terlanjur kaki ini kedinginan

Dulu masih bisa kuda-kuda

Sekarang hanya kuda,

Peliharaan Bapak yang di dengkul

Aku takut, ia ikut tumpul kayak otak Bapakmu

58. Nak, mana kopi Bapak?

jangan kau minum! 

ampasnya sudah Bapak seduh,

Biarkan ia jadi pemanis empedu

Kau buatkan lagi yang baru, 

Sesuai sedihmu, 

nanti juga ia pahit sendiri

57.Nak, bacakan dulu surat dari pamanmu

ia sedang ditagih etikanya

jangan lupa kau kirimkan balasannya 

lampirkan juga pasal 22 

Nak, enak

Kalau kau pakai sarung, pakailah juga celanamu

Jangan kau pakai saat mandi

Biar organ tubuhmu basah

Pakailah itu saat kau beradu 

dengan Tukang tenun

ia akan sendeng pada sandawamu.

Keringmu minta tolong 

dibuatnya basah, tak sampai kuyub

Agar kau tidak lupa

Masih ada kotor di ronggamu 

Untuk kau simpan di mandimu lusa 

Hujan, Nak! Lekas angkat 56 rengginang itu. 

jika basah, keringkan di kamar mandi. 

anggur akan menyambut mereka sebelum suntuk

Sabtu besok, bapak pergi

jangan lupa Khong Guannya kau tutup  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun