Bukan Isu yang Baru
Salah satu jenis teks esai/wacana yang kami pelajari  di kelas XII SMA Fons Vitae 2 Marsudirini adalah Discussion Text. Teks ini bertujuan untuk menyajikan dan menginformasikan tentang sebuah isu dari berbagai sudut pandang atau perspektif. Tujuan utama dari discussion text adalah untuk mengeksplorasi perspektif dari kelompok yang mendukung dan menolak. Exploring Perspectives from pros and cons side.Â
Teks ini dipelajari sebagai sub-topik dari materi tentang Pros and Cons: Controversial Issue. Maka menjadi salah satu goal dari mempelajari materi ini adalah diharapkan peserta didik dapat mengungkapkan ide mereka terkait beberapa isu kontroversial yang ada di masyarakat berdasarkan posisi yang telah mereka tentukan. Mendukung ataukah menolak terhadap isu tersebut. Tentu menggunakan bahasa Inggris.Â
Pada prosesnya, ketika mempelajari topik ini, sebagian besar peserta didik antusias untuk berpartisipasi dalam diskusi terhadap beberapa isu kontroversial. Di antaranya tentang The Death Penalty for Corruptors, Smoking Must be Banned from Indonesia, Dating for High School Students, Using Cell Phone in School, Too Young to Married, Using Gun in Public, Homework is Necessary?, Â Drugs must be legalized, dan lain-lain.Â
Wearing Uniform in School- Mengenakan Seragam di Sekolah- menjadi salah satu topik yang kami perdebatkan. Ini bukanlah isu yang baru hanya baru dihangatkan lagi akhir-akhir ini, karena terkait kebijakan yang akan mungkin bisa merubah wajah pendidikan kita, entah ke arah yang lebih baik atau sebaliknya. Ini wacana lain selain gaduh ekskul pramuka sebelumnya.Â
Dua Kutub: Masing-masing berargumen
Seperti perdebatan pada isu-isu yang lain, saat berbicara tentang seragam sekolah peserta didik terbagi dalam dua kelompok besar, yaitu pro dan contra.
Dalam berdebat mereka harus mematuhi kaidah dan struktur dari discussion text itu sendiri, yaitu diawali dengan pernyataan pembuka, lalu menyampaikan argumen berdasarkan posisi serta didukung fakta, kemudian ditutup dengan kesimpulan berupa rekomendasi. Beberapa rangkuman poin penting yang dapat saya simpulkan dari dua kubu ini:Â
Pro side: Pada dasarnya seragam sekolah merupakan identitasÂ
Pernyataan ini didukung dengan fakta bahwa peserta didik dapat dengan mudah mengenal kelompoknya sendiri. Kelompok dalam arti level pendidikan mereka. Misalnya, ketika berpapasan, berbaris atau berkumpul di suatu tempat mereka dapat dengan mudah mengenal teman-temannya.Â
Entah dia dikenal atau tidak, namun dapat diketahui dari atribut yang dikenakan apakah memakai seragam SD, SMP, atau SMA. Seperti yang masih berlaku di Indonesia saat ini.
Perbedaan seragam di setiap level secara tidak langsung berpengaruh pada cara peserta didik beradaptasi dengan yang lainnya dalam pergaulan. Pengalaman empirik peserta didik, mereka akan merasa nyaman ketika bersua dengan kelompok siswa yang mengenakan seragam yang sama dari satu level.
Hal ini selaras dengan masa menemukan jati diri mereka sebagai remaja, dalam konteks pelajar SMA. Mereka cenderung mencari kelompok yang identik dengan mereka, termasuk atribut sekolah.Â
Contra Side: Seragam sekolah hanya akan mengekang hak pribadi dalam berekspresi.Â
Setiap individu memiliki hak yang melekat pada dirinya. Selain hak untuk hidup, kebebasan berekspresi juga merupakan hak yang perlu dijunjung.
Pendidikan sejatinya tidak perlu membatasi pribadi/peserta didik untuk mengembangkan diri. Pendidikan adalah memanusiakan manusia. Jadi, sekolah tidak perlu membatasi hal-hal yang menghalangi kebebasan berekspresi. Dengan tidak berseragam, peserta didik bisa leluasa untuk menyatakan jati dirinya.Â
Contoh nyata yang bisa dilihat adalah ketika pentas seni yang tidak mewajibkan peserta didik memakai seragam, kita bisa berekspresi dengan lebih baik. Tanpa dikungkung dengan identitas atau atribut seragam yang dikenakan. Yang dibutuhkan pendidikan adalah kesiapan mental dan pikiran kita menimba ilmu, bukan seberapa peserta didik berseragam.
Beberapa peserta didik menambahkan, bahwa keberanian mereka untuk tampil di depan umum biasanya canggung karena formalitas berseragam yang harus mereka patuhi. Aturan harus berseragam menambah kekakuan mereka dalam mengembangkan diri, selain harus menaati aturan-aturan sekolah yang lainnya.Â
Pro: Seragam sekolah adalah simbol keadilan
Sekolah adalah komunitas dimana berkumpulnya pendidik dan peserta didik dari berbagai latar belakang, termasuk status sosial. Dalam hal ini latar belakang ekonomi dan kedudukan orang tua/wali siswa-siswi. Tidak elok ketika peserta didik mengenakan pakaian yang sesuai dengan selera dan modis seturut ekonomi keluarganya.Â
Pasti akan ada ketimpangan atau kesenjangan yang nyata antara peserta didik yang berada dan tidak. Sekolah menjadi 'panggung' pameran busana. Tidak lagi berorientasi pada membangun simpati dan empati terhadap sesama. Juga, bisa menimbulkan kepura-puraan. Bisa berpura-pura kaya atau miskin. Itu akan nampak dari pakaian yang dikenakan. Peserta didik hanya perlu menjaga agar seragamnya terjaga dengan baik dan rapi. Tanpa perlu bingung harus memilih busana yang dikenakan saat harus ke sekolah.Â
Contra: Seragam Sekolah Mahal
Mayoritas orang tua peserta didik di Indonesia mengeluhkan mahalnya harga seragam sekolah. Meski anak mereka disekolahkan di sekolah negeri yang sebagian besar dibiayai oleh pemerintah, nyatanya tidak benar-benar semuanya digratiskan. Kewajiban harus membeli seragam dengan harga yang tidak mudah dijangkau menjadi masalah tersendiri.Â
Apalagi kalau disekolahkan di sekolah swasta yang tidak hanya memungut untuk membeli seragam saja. Maka dengan tidak memakai seragam orang tua/wali peserta didik dapat menyisihkan uangnya untuk keperluan lain yang lebih penting. Anak-anak bisa memakai pakaian hariannya yang lebih pantas ke sekolah. Ekonomi memang manjadi pendukung demi kelancaran proses sekolah. Tapi kalau harus membebani, sebagai orang tua tentu harus berjibaku mengolah ekonominya dengan baik.Â
Kesimpulan dan Rekomendasi
Itulah beberapa pernyataan dan argumen yang disampaikan oleh peserta didik selama berdiskusi. Sebagai pendidik, menjadi tugas saya untuk memberikan instruksi yang tepat dan jelas, serta membimbing jalannya diskusi agar peserta didik dapat mengasah kemampuan critical thinking mereka dalam memecahkan sebuah masalah sosial atau memberikan pendapat dan solusi yang bermanfaat.Â
Saya sendiri berpendapat bahwa penggunaan seragam sekolah sejauh ini masih dan tetap relevan untuk diterapkan di Indonesia. Selain beberapa alasan tersebut di atas, seragam sekolah adalah salah satu cara pembentukan karakter peserta didik, terutama kedisiplinan, penghargaan terhadap negara/cinta tanah air.Â
Harapannya semoga pemerintah mengkaji dengan lebih bijaksana apabila kebijakan berseragam perlu ditinjau lagi. Perlu alasan yang kuat dalam meyakinkan sekolah dan warga sekolah sebelum menerapkannya. Tujuan yang mulia dan baik untuk kemajuan pendidikan pasti akan selalu didukung.Â
Bravo Pendidikan Indonesia. Tetap berinovasi demi kemajuan pendidikan dan masa depan pemuda harapan bangsa.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H