Entah dia dikenal atau tidak, namun dapat diketahui dari atribut yang dikenakan apakah memakai seragam SD, SMP, atau SMA. Seperti yang masih berlaku di Indonesia saat ini.
Perbedaan seragam di setiap level secara tidak langsung berpengaruh pada cara peserta didik beradaptasi dengan yang lainnya dalam pergaulan. Pengalaman empirik peserta didik, mereka akan merasa nyaman ketika bersua dengan kelompok siswa yang mengenakan seragam yang sama dari satu level.
Hal ini selaras dengan masa menemukan jati diri mereka sebagai remaja, dalam konteks pelajar SMA. Mereka cenderung mencari kelompok yang identik dengan mereka, termasuk atribut sekolah.Â
Contra Side: Seragam sekolah hanya akan mengekang hak pribadi dalam berekspresi.Â
Setiap individu memiliki hak yang melekat pada dirinya. Selain hak untuk hidup, kebebasan berekspresi juga merupakan hak yang perlu dijunjung.
Pendidikan sejatinya tidak perlu membatasi pribadi/peserta didik untuk mengembangkan diri. Pendidikan adalah memanusiakan manusia. Jadi, sekolah tidak perlu membatasi hal-hal yang menghalangi kebebasan berekspresi. Dengan tidak berseragam, peserta didik bisa leluasa untuk menyatakan jati dirinya.Â
Contoh nyata yang bisa dilihat adalah ketika pentas seni yang tidak mewajibkan peserta didik memakai seragam, kita bisa berekspresi dengan lebih baik. Tanpa dikungkung dengan identitas atau atribut seragam yang dikenakan. Yang dibutuhkan pendidikan adalah kesiapan mental dan pikiran kita menimba ilmu, bukan seberapa peserta didik berseragam.
Beberapa peserta didik menambahkan, bahwa keberanian mereka untuk tampil di depan umum biasanya canggung karena formalitas berseragam yang harus mereka patuhi. Aturan harus berseragam menambah kekakuan mereka dalam mengembangkan diri, selain harus menaati aturan-aturan sekolah yang lainnya.Â
Pro: Seragam sekolah adalah simbol keadilan
Sekolah adalah komunitas dimana berkumpulnya pendidik dan peserta didik dari berbagai latar belakang, termasuk status sosial. Dalam hal ini latar belakang ekonomi dan kedudukan orang tua/wali siswa-siswi. Tidak elok ketika peserta didik mengenakan pakaian yang sesuai dengan selera dan modis seturut ekonomi keluarganya.Â
Pasti akan ada ketimpangan atau kesenjangan yang nyata antara peserta didik yang berada dan tidak. Sekolah menjadi 'panggung' pameran busana. Tidak lagi berorientasi pada membangun simpati dan empati terhadap sesama. Juga, bisa menimbulkan kepura-puraan. Bisa berpura-pura kaya atau miskin. Itu akan nampak dari pakaian yang dikenakan. Peserta didik hanya perlu menjaga agar seragamnya terjaga dengan baik dan rapi. Tanpa perlu bingung harus memilih busana yang dikenakan saat harus ke sekolah.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!