Mohon tunggu...
Joko Yuliyanto
Joko Yuliyanto Mohon Tunggu... Penulis - Esais

Penulis buku dan penulis opini di lebih dari 150 media berkurasi. Penggagas Komunitas Seniman NU dan Komunitas Partai Literasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nilai Keadilan

7 Maret 2023   09:58 Diperbarui: 7 Maret 2023   10:04 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nilai Keadilan | pixabay.com/AJEL

Tidak ada indikator yang pasti mengukur kuantitas dan kualitas keadilan. Pemerataan tanpa kesenjangan ekonomi dan sosial yang kerap dijadikan penilaian keadilan. Semakin lebar jurang kesenjangan, semakin jelas ketidakadilan yang dirasakan. Namun kadang penilaian tentang konsep keadilan dikaburkan oleh sikap kecintaan dan kebencian yang berlebihan.

Keterlibatan dalam kelompok akan memandang realitas kehidupan menjadi tidak lagi objektif. Bagi sekubu akan melihat pemerataan keadilan, sementara sisi lainnya akan melihat ketidakadilan. Keadilan yang merupakan gagasan atau ide yang abstrak menjadi celah untuk menyerang orang atau kelompok yang berseberangan.

Ketika kita melihat masifnya pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintah akan punya dua persepsi bahwa pemerataan keadilan sedang dikejar, namun ada juga yang melihat urgensi pembangunan manusia dan kebudayaan ditinggalkan. Padahal kualitas keadilan kemanusiaan punya periode kebahagiaan yang lebih lama ketimbang ketersediaan waduk atau jalan tol.

Dampak dari terabainya pembangunan pola pikir masyarakat menciptakan polarisasi yang seringkali menjadi konflik sosial. Tidak lagi berpikir objektif selain tindakan menghancurkan lawan yang tidak sepihak. Mementingkan ego kemenangan diri daripada upaya membangun keadilan bersama-sama. Sebab kritik bukan cara memuaskan nafsu mempermalukan lawan diskusi. Ketika kritik dilakukan, maka akan timbul perasaan kecewa karena "musuh" melakukan hal yang benar.

Kecacatan pola pikir tersebut yang menandai sulitnya mencapai keadilan. Manusia modern lebih suka menggadaikan nilai yang dianut untuk kenikmatan sesaat melihat yang dianggapnya lawan menderita atau kalah. Perlu bangunan kesamaan persepsi menilai keadilan. Meyakinkan bahwa persatuan lebih indah daripada perpecahan. Bergotong royong menggapai keadilan yang diidamkan secara komunal.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun