Mohon tunggu...
Joko Yuliyanto
Joko Yuliyanto Mohon Tunggu... Penulis - Esais

Penulis buku dan penulis opini di lebih dari 150 media berkurasi. Penggagas Komunitas Seniman NU dan Komunitas Partai Literasi.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Kebahagiaan Saya Hilang Melihat Harta Kekayaan Ayah Mario Dandi

3 Maret 2023   08:11 Diperbarui: 3 Maret 2023   08:13 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketiga, pihak institusi kementerian. Dari kasus anak kurang pendidikan ini, banyak pihak yang diseret. Paling diminati warganet tentu citra Kementerian Keuangan (kemenkeu) yang bertahun-tahun kampanye tentang kesadaran pajak kepada rakyat. Integritas lembaga tersebut naik seiring pengelolaan dan pendapatan pajak untuk menyelamatkan negara dari krisis masa pandemi.

Namun, citra tersebut hancur lebur dengan mulai dibukanya beberapa harta kekayaan pejabat kementeriaan yang di luar logika. Warganet mulai membandingkan gaji dan perolehan kekayaan yang dianggapnya mustahil, selain korupsi. Misalkan kekayaan ayah Mario Dandi pejabat pajak eselon III yang lebih dari 56 miliar.

Rakyat menyesalkan kepercayaan yang diberikan kepada "bendahara negara" melalui pajak malah terkesan dijadikan subsidi memperkaya pejabat di dalamnya. Lebih memprihatinkan lagi bahwa rakyat diwajibkan membayar pajak, sementara pejabatnya tidak taat pajak.

Namun saya lebih menyoroti besaran angka 56 miliar itu. Dengan gaji saya sekarang, 24 jam lembur seumur hidup pun mustahil mencapai angka tersebut. Uang sebanyak itu saya bagikan warga desa, sudah otomatis jadi kepala desa. Tidak lagi mumet mikir biaya seserahan, mahar (mas kawin), dan resepsi saya nanti.

Kesenjangan ekonomi yang njomplang jauh ini mulai memudarkan kebahagiaan saya yang sebelumnya beranggapan semua orang juga punya masalah finansial. Ternyata pikiran positif saya salah, jauh di kota sana, banyak orang yang ternyata hobi menghambur-hamburkan uang dan memamerkan kekayaannya.

Saya tidak lagi bisa bahagia. Saya iri, dengki, dan marah pada keadaan. Kenapa ayah saya tidak bisa sekaya ayah Mario Dandi. Apa hanya karena saya belum pernah menendang dan menginjak kepala orang hingga koma?!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun