Berbagai atraksi bernuansa seni budaya pun dihadirkan. Mulai dari hiburan berupa tari dan musik tradisional, tradisi tolak bala, kuliner ala pedesaan dan lain-lain. Semua itu tentu guna memberi pengalaman paling berkesan kepada para wisatawan.
Salah satu kegiatan yang tak boleh terlewatkan saat berada di tempat ini tentu saja makan Kembul Bujono. Di mana para tamu akan diajak doa bersama kemudian menyantap nasi tumpeng dan ingkung.
Lapangan pekerjaan tercipta, masyarakat setempat bisa mengelola dusun menjadi desa wisata. Para pelaku UMKM bisa menjajakan produk mereka dan sinergi ini terus berjalan dan menaikan nilai ekonomis.
Tak kalah menarik, mereka ini pun mampu mengelola sampah secara mandiri. Tidak perlu dibuang ke TPA Piyungan akan tetapi diolah secara swadaya oleh bank sampah yang ada. Hasil didapat pun akan dikembalikan ke warga setempat.
Konsisten Melakukan Hal Baik
KBA Kemuning berada dalam posisi ini tidak terjadi secara tiba-tiba. Namun ada proses berliku didalamnya.
Bukan hanya peran satu atau 2 orang tapi seluruh warga yang terlibat. Terutama sosok Suhardi yang tak lain adalah Kepala Dukuh Kemuning beserta Galuh Raksiwi.
Hal pertama tentu saja pentingnya edukasi dan sosialisasi kepada warga setempat. Di mana diawal sebab mendapat penolakan atau lebih tepatnya kurang antusias warga.
Pelan tapi pasti dampak baik terlihat dan dirasakan seluruh warga dan kini semua mendukung penuh kegiatan yang ada. Beberapa hal baik yang masih terlihat saat ini tentu saja adanya kerja bakti membersihkan lingkungan, menanam pohon dan senam bersama.
Kegiatan yang dilakukan penuh kesadaran ini tidak saja baik untuk lingkungan tapi juga baik untuk kesehatan individu. Oleh karenanya semua kegiatan itu diikuti semua warga.
Dan kamu bila sedang berkunjung tak ada salahnya untuk mencoba merasakan menjadi warga kampung sesaat. Merasakan keramahan dan keasikan berada di kampung dimana satu sama lain hidup tanpa sekat, “adem ayem toto tentrem kerto raharjo.”