Mohon tunggu...
Gus Memet
Gus Memet Mohon Tunggu... Relawan - Santri Kafir

Ada dari satu suku kata

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

The Iron Man (Muqadimah)

30 Mei 2024   04:17 Diperbarui: 11 Juni 2024   01:30 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa boleh buat, demi menagih Drupada yang pernah menjanjikan kedudukan elit di Panchala, Drona menyanggupi T&C abnormal itu. Apakah Drona pengidap bestiality atau gimana kejadiannya, biarlah itu tetap jadi desas desus. Yang mau kuceritakan kan soal kedatangan Aswatama ke Banjarjunut, ya to?

Oke, lanjut.

"Den Bagus Dur, saya sowan mruput begini menemui Gus Dur (Aswatama gaya bicaranya emang gitu, Raden Bagus Dursasana seenaknya aja disingkat Gus Dur) karena tugas resmi. Ini surat tugasnya. Ini yang menerbitkan Kepatihan lho, lha ini.., lihat ini Gus, ini tandatangannya Mahapatih. Clear to? Cetha wela-wela, ndak ada rekayasa" kata Aswatama sambil memamerkan selembar lontar bercap Ploso Jenar.

Dursasana hanya melirik. Dia tau sedang ketanggor intrik politik. Dan bila yang jadi antagonis adalah Aswatama, bisa dipastikan ini urusan bau tengik. Jijik!

"Ndak sah tele temele, to the intine wae. Apa tugasmu?" jengek shohobul bait, lalu menguak (bukan menguap lho ya, catat!) mulut lebar-lebar.

Aswatama mengeluarkan lontar ke dua, "Oh, ini.., ini ada Kepmap (Keputusan Mahapatih) soal tour of duty personil militer kerajaan. Namanya.., ehm.., bentar.., duh, boleh pinjam kacamata, Gus?"

"Ndak ada!" sergah Dursasana mangkel.

Aswatama tersenyum menang. Meski yang dihadapi adalah komandan sendiri, soal nyali dan taji, Aswatama tak sudi kalah gengsi. "Nah, ini dia, nama: Pra.., Pras.., so, Joe. Ya, Prasodjoe. Maaf, mata plus. Pangkat:.., bentar.., mana ya? Nah, ini dia..."

"Sinih!" Dursasana merebut lontar itu dari tangan Aswatama. Garis batas sabarnya sudah mencapai ubun-ubun.

Mutasi. Benar, itu surat mutasi untukku. Dursasana menggeram, geligi beradu berkerokotan, lalu tiga perempat histeris dia berteriak memanggilku, "JOE!!"

suluk #1, pocung (diterjemah, guru lagu dan guru gatra tetap)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun