Aku menatap nanar bendera yang berkibar di depan teras depan rumah yang kudiami. Kubayangkan pemuda-pemuda dari masa silam itu berangan mewariskan sesutu yang hari ini tidak maujud di Blok D Perum Purna Mandala Baru. Entahlah, atau mungkin tepatnya untunglah, mereka tak sempat menyaksikannya.
Kembali aku masuk ke dalam rumah. Pintu kukunci. HP kunyalakan. Layar utama menampilkan lambang-lambang pintasan banyak aplikasi media  sosial yang semuanya bermarka angka-angka dalam warna merah. Ah, biarlah "kenalan-kenalan" itu, baik yang kukenal baik wujud fisikanya maupun yang hakikatnya perfect stranger, menunggu sesaat.
Aku ke dapur menjerang air untuk menyeduh kopi berganda dengan membasuh muka agar mata lebih enteng membuka. Sudahnya kubalas sapa hiruk pikuk yang telah menyesaki ruang-ruang komunitas di sepetak layar digital yang sebelumnya tak pernah diimajinasikan, oleh Ben Anderson sekalipun. Apalagi diikrarkan. "MERDEKA!"
Lalu sunyi lagi. (GM)