"Lha kuwi ojol jastip dudu? Nek dudu yo ngalamat."
"Jastip ki opo? Maksude hp tekan nggone bocah ora?"
"Weh, kowe ki nggangu wong lagi berjuang arep turu. Wes telung dina aku ra iso turu gara gara Chikungunya. Bar. Ndedonga wae ben kabeh aman."
"Piye to iki?" Chat terakhir Mamak masuk setelah aplikasi kututup. Aku bisa membacanya, tapi di sana centang dua tetap kelabu. Rasakan pembalasanku :)
Jum'at, 7 Juli jam sepuluh tadi pagi. Deretan foto masuk melalui WA.
"Bapak... kita lagi di Bukit Cinta sama bu guru dan teman-teman"
"Wow keren. Have your nice day girls"
"Anake bapak cantik-cantik to?"
"Paling. Udah yo, have fun, waktu kalian dikit gak usah dibagi ke bapak. Ini udah cukup. Thanks. Lagian  bapak mau tidur, dari kemarin begadang nih..."
"Ok. Bapak jangan banyak begadang, nanti ndak sakit lagi. Thank you pop, we love you..."
"I love you more. With big, bigger, biggest this -sticker jantung gaya anime kesukaan mereka yang terus membesar dalam format gif"
Deretan foto yang sama masuk lagi. Kali ini forward oleh Mamak. "Cah-cah gek piknik neng bukit cinta".
"Lha wong aku gek chat Dian Lintang kok kowe malah ngeteri barang balen"
"Oo.. iyo ding. Lha reflek ok"
Hfh... Ok, sekarang harus benar-benar berusaha untuk tidur. Sudah hampir 100 jam aku tidak hilang kesadaran. Tapi kok badan biasa saja ya? Apaan sih ini?
Ops, gawat. Hp mana hp? Ok, itu dia. "Mak, jangan kasih tahu anak-anak kalu aku lagi kena Chikungunya. Pokoke jangan ada chikungunya di bukit cinta! Paham maksudku?"
"Yo. Meh wae sih. Maklum, reflek."
"Oalah mak.. mak.., wes gek ndang mbojo meneh lah. Pusing!"
-GM