Mohon tunggu...
Gus Memet
Gus Memet Mohon Tunggu... Relawan - Santri Kafir

Ada dari satu suku kata

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kembar

9 Maret 2023   18:03 Diperbarui: 9 Maret 2023   18:33 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kikan: Lintang Timur - Dian Sasi, background figuran. (dokpri)

"Lho, Mamak mana?"

"Udah di bu bidan. Tadi Lilin pulang sekolah rumah kosong. Trus Lilin nyari Mamak ke klinik. Bener, Mamak di sana. Adek udah mau lahir, tapi kata Mamak nunggu Pa'e pulang," celoteh Rinjani.

"Kok nggak telpon sih? Ya udah, yuk kita ke sana."

Kembar adalah anak ke tiga (dan empat?). Tapi baru kali ini Pa'e bisa mendampingi Mamak melahirkan. Senewen? Pasti.

Lilin lahir di klinik bersalin di Wonosobo waktu Pa'e lagi ngider menjaja narkoba (maaf pembaca, tapi begitulah romantika keluarga ini). Damar lahir di sebuah RS di Salatiga ditunggui tante Teresia sementara Pa'e tak bisa cuti kerja di sebuah yayasan di Jakarta.

21.00, tangis bayi itu pecah. Pa'e yang ada di kamar sebelah (bu bidan minta si Mamak tidak usah ditunggui, biar bisa full konsentrasi. Si Mamak bilang, "Udah sana, santai saja. Trust me.") membisik alhamdulillah. Mana tangis ke dua?

Lima menit itu terasa sepanjang masa. Kawan-kawannya dari Generasi Seniman Jalanan, Bulungan, Jakarta Selatan, yang ikut menemani mencoba menenangkan Pa'e. "Pak, katanya kembar, kok yang nangis cuma satu?" dahi Lilin berkernyit, mikir. Mijn God...

Lalu tangis ke dua, yang sangat lirih itu terdengar. Pa'e langsung terbang ke kamar bersalin, nyaris nabrak bu bidan.

"Tenang, Pak. Tuh udah lahir semua, selamat. Silahkan kalau mau diadzani," ujar bu bidan. Wajahnya terlihat sangat lelah, tapi senyumnya begitu rekah.

Si Mamak tergolek lemah di pembaringan. Tersenyum pada Pa'e. "Tadi diinduksi, sakitnya minta ampun."

"Thanks," ujar Pa'e bahagia sembari mengecup jidat istrinya. Dia kehilangan anak kunci gudang kosa katanya. Airmatanya menyatu dengan keringat di dahi Si Mamak. Habis itu Pa'e beranjak ke boks bayi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun