Ah, mungkin panjang lebar nyinyiranku ini tidak ngaruh buatmu dinda. Sebab amanah 20% APBN itu nyatanya hanya untuk melanggengkan status quo rezim pendidikan zaman lampau. Rezim die hard yang tupoksinya menggiring peserta didik ke gerbang pabrik-pabrik.
Dinda, sandyakala jejak pena barangkali kau anggap takdir semata. Produk tua yang layaknya dikorbankan demi laju peradaban. Malah, pinjam jargon JK dulu: lebih cepat lebih baik.
Ya, secepat dulu kau antar pizza ke wajah di depan layar hape dengan pasukan ojol yang lebih percaya instruksi mbak google ketimbang rambu-rambu jalan raya. ***
Nota bene; teriring sajak ringkas untuk dinda yang terinspirasi kata "education", adaptasi dari Latin "e ducare" artinya menuntun keluar:
Guru
Lihat, langkah-langkah kecil meniti setapak menuju gerbang taman. Lihat, rona semangat memancar bagai cahaya melahap kegelapan. Sambut mereka sebagai raja-raja wahai Tuan dan Nyonya, bukan sebagai domba-domba, sebab engkau penuntun bukan gembala. Pentang lebar-lebar regol taman kebebasan wahai dayang sang raja, iringi saja pengembaraan mereka dengan cinta, Â sebab engkau pendidik bukan sipir penjara. ***
Akhirnya, obrolan Cak Nun cs. ini boleh dijadikan renungan: