Mohon tunggu...
Ki Jokosiyo
Ki Jokosiyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - orang yang cinta Indonesia

^_^ Pinter ora ngGuroni Landep ora natoni

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pancasila untuk "Siapa"?

1 Juni 2018   15:10 Diperbarui: 1 Juni 2018   15:38 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini, 01 Juni 2018 ditetapkan sebagai hari lahir Pancasila. Ini saat yang tepat untuk kembali "melihat" Pancasila dari sudut pandang seharusnya, yaitu sudut pandang dan cara pandang RAKYAT.

Masih hangat perdebatan tentang gaji Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) ada yang pro dan lebih banyak lagi yang kontra, masing-masing dengan argumen kebenarannya sendiri. Saya tidak keberatan dengan gaji mereka, semoga mereka bekerja sesuai dengan harga yang ditentukan oleh negara.

Namun Saya ragu dengan hasil akhir dari kerja mereka, tanpa mengurangi rasa hormat saya pada Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, Saya sangat ragu dikarenakan hal dibawah ini.

Mereka semua bukanlah rakyat, mereka terbang tinggi diangkasa menaiki Garuda Pancasila sehingga mereka sama sekali tidak bersentuhan dengan rakyat

Dari atas sana mereka melihat rakyat, tidak dengan mata telajang, mereka memakai kacamata bermerk " CICERO ".

Kalo Anda belum kenal CICERO, Saya coba terangkan secara singkat:

CICERO (Marcus Tullius Cicero), hidup 3 January 106 SM -- 7 December 43 SM) , Orang Romawi, berprofesi sebagia Politisi dan Lawyer. Menjadi sangat terkenal dikalangan awam karena perkataannya di pakai oleh Presiden Amerika John F. Kennedy dalam pidato perdana sebagai presiden, yang kemudian menjadi sangat terkenal didunia:

"Ask not what your country can do for you, ask what you can do for your country."

Silahkan lihat dan dengar sendiri:

https://www.youtube.com/watch?v=PzRg--jhO8g

Terjemahan bebasnya,

" Jangan bertanya apa yang diberikan negaramu, tapi bertanyalah apa yang bisa kamu berikan pada negaramu ".

Terdengar sangat patriotik sekali, tapi sesungguhnya itulah perilaku TIRAN kepada rakyatnya.

Kembali ke BPIP, lalu apa hubunganya ?

Ya... Saya menduga (semoga saya salah) mereka para Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila juga memegang teguh pidato JFK itu. Akibatnya mereka akan berfikir dalam kerangka itu, Rakyat adalah objek yang harus ber-Pancasila. Sedangkan mereka sendiri menempatkan diri bukan sebagai rakyat.

Contoh nyata: THR dan gaji ke-13 yang mencapai Rp35,76 triliun.

Sila ke 5 : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Saat ini pemerintah sangat memperhatikan ASN, TNI dan Polri, seolah Keadilan Sosial hanya milik tiga golongan itu saja yang berhak atas Sila 5 Pancasila. Pemerintah dengan gampang memberikan PEMBERIAN Cuma-Cuma kepada tiga golongan itu tanpa melihat golongan lain dari seluruh rakyat Indonesia. Saya sebut Pemberian Cuma-Cuma karena diberikan tanpa volume pekerjaan. Kalo gaji bulanan memang itu hak mereka karena sudah mengerjakan satuan volume pekerjaan yang dibebankan, bagaimana dengan gaji ke 13,14 dst..apa volume pekerjaan nya ??

Itulah Kesesatan Pikir para penyelenggara negara, melupakan, menganggap rakyat yang bukan ASN, TNI dan Polri adalah bukan rakyat Indonesia. Apakah tidak terpikir oleh mereka pemberian itu mencederai, membuat rasa tidak nyaman jumlah rakyat yang lebih banyak.

Demi Pancasila:  Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, negara dalam hal ini pemerintah seharusnya bersikap adil bila tidak mau dianggap penghianat Pancasila. Adil disini adalah memberikan jumlah nominal yang sama kepada rakyat yang diluar ASN, TNI dan Polri dengan yang akan diberikan kepada ASN, TNI dan Polri. 

Dalam kalkulasi sederhana : jumlah penduduk Indonesia dikurangi ASN, TNI dan Polri dan keluarganya berhak atas jumlah yang sama. Untuk tahun ini,  THR dan gaji ke-13 yang mencapai Rp35,76 triliun, berarti pemerintah juga harus menyediakan Rp35,76 triliun untuk dibagikan secara merata. Mengenai teknisnya... tinggal pangil ahli IT untuk menyalurkan langsung tunai, berapapun nilainya.

Kembail ke BPIP, mampukah mereka meluruskan kesesatan pikir pemerintah atas contoh sederhana diatas itu ??? jawabnya hampir pasti: TIDAK, mengapa?

Karena mereka diawang-awang tidak dibumi bersama rakyat,

Karena mereka memakai kacamata CICERO, yang terlihat oleh mereka adalah tulisan Besar, berhuruf besar dan berwarna mencolok kalimat berikut:

"Ask not what your country can do for you, ask what you can do for your country."

Saya sangat berharap mereka tersinggung dengan tulisan ini, kemudian kembali kebumi menjadi rakyat sehingga merasakan Amanat Penderitaan Rakyat.

Luruskan, formulakan kembali penerapan Pancasila, siapa sesungguhnya yang harus ber-Pancasila. Tidaklah mungkin rakyat yang harus mewujudkan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pemerintah lah yang harus melaksanakan sila ke 5 ini.

Buatlah aturan yang memaksa pemerintah agar tidak berkhianat pada Pancasila.

Saran Saya:

Jangan gunakan pidato JFK, tapi gunakan apa yang diucapkan Ki Hajar Dewantara.

" Ing ngarso sung tuludha, ing madyo mangun karso, tutwuri handayani "

Didepan memberi contoh, ditengah membangun semangat, dibelakang selalu mendukung dan menguatkan.

Adalah keliru besar dan fatal kalo apa yang diucapkan oleh Ki Hajar Dewantara  dimaknai hanya sebagi kewajiban guru. Itulah sesungguhnya yang harus menjadi falsafah hidup bangsa kita.

Salam Indonesia Sejahtera.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun