Jadi jelas bahwa, secara fisik bisa dibilang bahwa selat Solo adalah kombinasi bistik, sup, dan semur.Â
Belum selesai sampai di situ di atas hidangan chimera antara bistik, sup dan semur itu umumnya dibubuhi rebusan sayur yaitu potongan buncis, wortel, daun selada, lalu telur rebus dan mayonaise. Jadi lengkapnya selat Solo adalah bricolage atau hibrida antara bistik, semur, sup dan selada!
Nah misteri terletak pada penamaan: mengapa disebut selat alias selada? Mengapa tidak disebut bistik Solo atau semur Solo, padahal hidangan ini bahan utamanya adalah daging?
Kita bisa membuat suatu dugaan bahwa selat Solo adalah buah kreatifitas para staf dapur istana atau keraton Solo yang pada masa kolonial pastinya kadang kala mengadakan jamuan makan malam bergaya Belanda.
Di hari berikutnya saat sisa jamuan masih banyak tersisa, seperti biefstuk atau bistik, daging smoren atau semur, dan selada termasuk sayur mayur, para staf dapur tersebut mencampurnya menjadi hidangan baru menjadi selat Solo yang kita kenal hari ini!
Kebiasaan membuat hidangan baru dari sisa jamian hari sebelumnya bukanlah hal buruk. Menurut catatan ini adalah hal yang biasa dilakukan oleh staf dapur istana di manapun di dunia untuk tidak membuang makanan yang masih bagus untuk mereka nikmati atau santap sendiri.
Di Perancis, misalnya ada tradisi yang disebut pain perdu (Pichon & Vicaire, 1892), yaitu mengolah roti yang tersisa dari jamuan sebelumnya menjadi hidangan baru. Hal yang sama juga konon menjadi asal usul hidangan capcay yang menurut Aji Bromokusumo, ahli kuliner peranakan merupakan hasil pencampuran hidangan-hidangan yang tersisa (Tribun, 2019).
Karena merupakan makanan yang berasal dari hidangan sisa, bisa kita duga juga bahwa porsi daging di selat Solo hanya sedikit saja, tidak sebanyak bistik atau semur. Saat proporsi daging lebih sedikit dibanding sayuran yaitu wortel, buncis dan daun selada maka disebut selat atau selada Solo.
Apakah benar demikian?Â
Biarlah dugaan tetap jadi dugaan. Biarlah kita pakai dalil non-akademis: dugaan akan benar sampai terbukti salah. Mari kita biarkan misteri selat Solo ini tetap kekal selamanya.