Mohon tunggu...
Jepe Jepe
Jepe Jepe Mohon Tunggu... Teknisi - kothak kathik gathuk

Males nulis panjang.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Bahasa Kolonial 24: Sebutan "Babu" dan Lebaran Mengharu Biru

27 April 2022   09:26 Diperbarui: 28 April 2022   07:39 2109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karikatur politik di mana baboe mengajak nyonya Belanda pergi ke bilik pencoblosan (sumber: H.n.v.d.d. voor Nederlandsch-Indie, 25 Juli 1925)

Kepusingan Lebaran terpecahkan!
Tidak ada juru masak? H O C O
Baboe pulang ke udik? H O C O
Warung langganan pada tutup? H O C O
Ditinggal tukang sayur? H O C O

Rumah makan HOCO mengatasi segalanya.
Harga dan pelayanan a la Belanda
Buka dari pagi jam 8 sampai jam 12 malam
Rijswik 1, di sudutan Park Hotel (no telepon 2278)

Begitu kira-kira bunyi iklan rumah makan HOCO di koran Bataviaasch nieuwsblad edisi Rabu, 25 Januari 1933. 

Lantaran di jaman kolonial dulu, pengantaran makanan berbasis aplikasi telepon genggam belum ada, maka restoran alias lunchroom HOCO pun melihat peluang bisnis. 

Di saat para  baboe(dibaca babu) dan semua asisten yang lainnya, termasuk tukang sayur dan warung langganan serentak tutup karena merayakan hari raya Idul Fitri atau karena pulang ke udik alias mudik, maka para tuan dan nyonyah Belanda pun kelimpungan.

Rumah makan HOCO yang saat itu terletak di Park Hotel, sekarang Hotel Sriwijaya di Jalan Veteran I, Jakarta Pusat, seperti menebak kerisauan, haru biru para toewan dan njonjah Belanda yang tinggal di Jakarta saat itu. 

Lebaran 1351 Hijriah pada tahun 1933 itu jatuh pada hari Sabtu 28 Januari dan beberapa hari sebelumnya, seperti yang sekarang juga terjadi, para babu, dan semua asisten lainnya pulang ke (oedik) udik alias mudik.

Iklan Rumah Makan (Lunchroom) HOCO di Bataviaasch nieuwsblad edisi Rabu, 25 Januari 1933
Iklan Rumah Makan (Lunchroom) HOCO di Bataviaasch nieuwsblad edisi Rabu, 25 Januari 1933

Galau dan haru-birunya keluarga-keluarga Belanda ditinggal babu, juru masak, tukang sayur dan warung langganan saat itu digambarkan sebagai "weeen". 

Weeen adalah kata yang umumnya dipakai untuk menggambarkan rasa sakit atau rasa mulas karena kontraksi saat seorang perempuan akan melahirkan. Sakitnya dan galaunya luar biasa, mulasnya gila-gilaan. Mungkin jaman sekarang hal itu akan disebut sebagai Lebaran Blues.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun