Mohon tunggu...
Jepe Jepe
Jepe Jepe Mohon Tunggu... Teknisi - kothak kathik gathuk

Males nulis panjang.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Sam Saimun, Bariton Sejati Indonesia yang Riwayatnya Tak Terdokumentasi

20 Maret 2022   20:36 Diperbarui: 5 Juni 2022   16:16 6984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sam Saimun, Bariton Sejati Indonesia yang Riwayatnya Tak Terdokumentasi (Sam Saimun (tengah), Toto Mudjiharto (kiri), Bing Slamet (kanan), foto: VoA)

rindu dendam oh asrama rindukan juwita, tiada daya aku menahan ratap tangis jiwaku

dengarlah suara ombak berlagu melantunkan kasih asmara irama hidupku

-Sam Saimun, Irama Hidup-

Suara lantunan Sam Saimun adalah suara yang membawa ketenangan, keteduhan. Suara bariton cair yang sanggup mendamaikan berbagai kenangan, menalikan beragam jaman.

Bagi banyak pengamat musik suara bariton Sam Saimun mengingatkan pada suara bariton renyah namun hangat Nathaniel Adam Coles alias Nat King Cole. Bagi Kompasianer senior Ahmad Jayakardi (2011) suara Sam Saimun sangat luar biasa dan Sam Saimun adalah guru untuk maestro seni kita, Bing Slamet.

Sebuah artikel lawas di Berita Harian yang terbit di Singapura (9 Juli 1963), menilai suara Sam Saimun sebagai suara yang "hangat akan kedalaman perasaan dengan teknik frasering yang ulung".

Tidak banyak yang terdokumentasi dari riwayat hidup seorang Sam Saimun. Lagu-lagu yang pernah dinyanyikannya adalah warisannya satu-satunya.

Di bawah label Irama, Sam Saimun merekam lagu-lagu pop semacam Gelisah, Sekedjap, atau berbagai lagu-lagu keroncong seperti Kerontjong Moritsku, Kerontjong Telomojo dan lain-lain. 

Di bawah label Lokananta ia merekam lagu-lagu pop yang seakan menjadi signature-nya seperti Irama Hidup, Melati Dik Melati, Di Wajahmu Kulihat Bulan, Juwita Malam, sampai pop berirama calypso seperti Bujang Dara.

Di luar dapur rekaman, seperti di panggung pertunjukan ataupun di siaran radio, repertoire Sam Saimun seperti tanpa batas. Lagu pop moderen Indonesia sampai pop barat dan jazz mampu ia nyanyikan dengan luar biasa, sedahsyat ia menyanyikan lagu-lagu keroncong, seriosa (art songs) maupun langgam melayu.

Tanpa ada Sam Saimun, mungkin Indonesia tidak akan mengenal Bing Slamet seperti yang kita tahu, bahkan bentuk musik pop, keroncong dan musik Indonesia pada umumnya mungkin tidak akan sama seperti yang sekarang ada.

Siapa Sam Saimun dan bagaimana jalan hidupnya?

Menurut Berita Harian Singapura (9 Juli 1963), Sam Saimun lahir tahun 1924 atau 1925 di Bandung. Selama masa pendudukan Jepang, Sam Saimun mencoba peruntungan sebagai penyanyi keroncong maupun lagu-lagu hiburan bersama Orkes Studio Bandung yang dipimpin E. Sambajon.

Menurut artikel tersebut selama perang revolusi setelah Indonesia merdeka, Sam Saimun meneruskan kegemarannya menyanyi dan ia mencari nafkah dengan menjadi penyiar radio Studio Tasikmalaya.

Setelah perang berakhir Sam Saimun tercatat sebagai vokalis bariton utama orkes Cosmopolitain pimpinan Jos Cleber. Cleber sendiri bukanlah seorang arranger atau konduktor sembarangan. Menurut Historia (2018) Jos Cleber diminta oleh pimpinan RRI saat itu, Jusuf Ronodipuro, kemudian oleh Presiden Soekarno untuk membuat aransemen Indonesia Raya untuk orkes filarmoni yang hasilnya kita pakai sampai hari ini.

Pada awal Maret 1950, orkes ini mengadakan pertujukan di Gedung Schouwburg (Gedung Kesenian) Jakarta yang disiarkan oleh Radio Republik Indonesia Serikat di mana Sam Saimun menyanyikan lagu pop "Lazy Bones" (Indische Courant voor Nederland, 11 Maret 1950).

Orkes Cosmopolitain mengadakan pertunjukan di gedung Societeit Concordia (Gedung Merdeka) di kota Bandung di bulan April 1950. Bersama soprano perempuan, Loeki Goesal, Sam Saimun adalah vokalis utama bersuara bariton pada lawatan tersebut (De Locomotief, 13 April 1950).

Pada 10-12 Agustus 1950 Orkes Cosmopolitain dan Orkes Studio Djakarta menggelar pertunjukan "Djaja Widjaja" di Gedung Deca Theatre atau Gedung Pertemuan Umum di Jakarta di mana Sam Saimun tampil sebagai salah satu solis bersama Loeki Gosal, Sal Saulius, Abdulgani dan Sumadi dengan didukung Koor Saroha pimpinan Bonar Sitompul (Java Bode, 2 Agustus 1950).

Sam Saimun juga tampil di Gedung Merdeka Utara pada akhir Januari 1951 pada suatu pementasan bersama Orkes Studio Djakarta yang dihadiri Menteri Kehakiman M.A. Pellaupessy. Juga tampil di acara itu kelompok musik irama lautan Teduh, Rame Dendang, irama keroncong Sriwidjaja, irama gambus Alwardah, grup musik the Raindrops dan vokalis Nila Kesuma (De Nieuwsgierig, 1 Februari 1951).

Selama dekade tahun 50-an, Sam Saimun secara teratur mengisi berbagai acara musik yang disiarkan oleh Radio Republik Indonesia maupun Radio Aetherklanken Jakarta dan Bandung. Selain tampil bersama Orkes Cosmopolitain, Orkes Studio Djakarta, Sam Saimun juga kerap tampil sendiri maupun bergabung dengan grup pemusik lainnya seperti kwartet Harry Gaarenstroom, maupun bersama trionya sendiri "Trio Sam Saimun".

Sebuah ulasan pada harian Nieuwsgierig 13 September 1952 tentang berdirinya perusahaan rekaman Indonesian Music Company "Irama Ltd." di Cikini, Jakarta pada tahun 1951 menempatkan Sam Saimun di dalam toplisjt, daftar para penyanyi handal lagu-lagu moderen perusahaan rekaman tersebut bersama Bing Slamet, Nien, Ratna (Judy) dan Herijati, di luar para pemusik pendukung yang terdiri dari pianis Nick Mamahit, saksofonis dan gitaris Dick Abeil, penabuh drum Max van Dalm dan pemain bas van der Capellen.

Tahun 1952 menjadi salah satu tahun puncak prestasi menyanyi Sam Saimun. Di tahun tersebut, mewakili Surakarta di Schouwburg (Gedung Kesenian) Jakarta, Sam Saimun merebut gelar juara pertama untuk kategori penyanyi pria untuk lagu keroncong di atas Samsidi yang meraih juara dua. Selain kategori keroncong, Sam Samiun juga menyabet gelar juara dua kategori penyanyi pria untuk lagu langgam di bawah Ping Astono (Jakarta) (Java Bode, 15 September 1952).

Di tahun berikutnya, Sam Saimun yang mewakili Bandung diberitakan de Locomotief (14 September 1953) berhasil menjadi bintang radio 1953 untuk penyanyi pria sementara Ade Ticoalu meraih gelar bintang radio untuk penyanyi perempuan.

Di tahun 1954, Sam Saimun, kali ini mewakili Jakarta,  kembali meraih gelar bintang radio pria mengalahkan Andy Mulja (Surabaya) dan Pranadja (Yogyakarta) sementara Ade Ticoalu berhasil meraih gelar bintang radio perempuan. (Preangerbode, 14 September 1954).

Tahun 1955 Sam Saimun merebut gelar bintang radio pria untuk kategori seriosa sementara Dien Jacobus meraih gelar kateogori yang sama untuk penyanyi perempuan (Java Bode, 30 Agustus 1955).

Dien Jacobus (kiri) dan Sam Saimun (kanan) saat meraih gelar Bintang Radio 1955 di Gedung Olah Raga Jakarta (foto: Ipphos)
Dien Jacobus (kiri) dan Sam Saimun (kanan) saat meraih gelar Bintang Radio 1955 di Gedung Olah Raga Jakarta (foto: Ipphos)

Sam Saimun bukan hanya terkenal di Indonesia. Sebagai penyanyi langgam (Melayu), pop, dan keroncong, Sam Saimun juga memiliki banyak penggemar di Singapura dan Malaysia. Pada bulan Juli 1951 tercatat Sam Saimun melakukan tur dan lawatan ke Singapura bersama kuartet Nick Mamahit (Nieuwe Courrant, 17 Juli 1951). 

Berita Harian Singapura (28 Juli 1968) mengungkapkan dua lawatan Sam Saimun ke Malaysia, pada tahun 1958 bersama Orkes Radio Indonesia, sebelum masa konfrontasi Indonesia-Malaysia, lalu pada Juli 1968 bersama 45 artis dari pasukan Siliwangi. 

The Straits Times 7 Mei 1959 memuat suatu iklan pertunjukan "The All-Star Indonesian Variety Show" selama 4 malam 9-12 Mei 1959 di Odeon di distrik Katong, Singapura. Pertujukan yang diproduseri Usmar Ismail itu menampilkan Sam Saimun bersama bintang-bintang besar Indonesia lainnya saat itu: Bing Slamet, Chitra Dewi, Roosilawati, Fifi Young, Aminah Tjendrakaseh, Baby Huwae, Gaby Mambo, Hamid Arif, Bambang Irwan dan lain-lain.

Berita Harian 22 Oktober 1970 mencatat pertunjukan Sam Saimun di Pulau Penang, Malaysia pada 27-28 Oktober 1970 bersama 130 artis Taiwan dan Singapura.

Tidak banyak catatan yang bisa ditemukan tentang apa yang dilakukan Sam Saimun selama dekade 60-an. Tidak ada catatan yang runut juga yang bisa ditemukan di Internet terkait tahun-tahun penerbitan album-albumnya.

Sam Saimun, sang jawara pencarian bakat pertama di Republik Indonesia dan sang bariton sejati menutup usia di Rumah Sakit Angkatan Laut di Jakarta nyaris 50 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 3 April 1972 (Berita Harian, Singapura 4 April 1972) . Sam Saimun berpulang meninggalkan seorang istri dan tiga anak.

Baca juga: Bram Atjeh: Buaya Keroncong % Macan Bola Nusantara!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun