Perubahan chip dalam cara pandang seorang istri dan suami tentang peran mereka dalam keluarga adalah hal yang saat ini diperlukan untuk mengatasi terbentuknya ayah-ayah atau suami-suami "family free".
Pertama, seorang istri harus mengubah chip di kepalanya yang seringkali menganggap suaminya tidak memiliki kemampuan emosi yang cukup canggih untuk terlibat dalam urusan-urusan rumah tangga dan pendampingan anak-anak.
Membiarkan suami tahu beres akan segala urusan rumah dan anak-anak berarti merendahkan kemampuan emosionil sang suami. Sebaliknya semakin melibatkan suami dalam urusan rumah tangga dan anak berarti memuliakan suami karena istri menerima suami sebagai manusia yang sepenuhnya.
Baca juga:Â Bapak-Bapak Bukan Spesies Neandertal!
Kedua, seorang suami juga harus mengubah chip di kepalanya dengan memandang bahwa keterlibatan dalam urusan-urusan rumah tangga adalah hak dan bukan kewajiban.
Seorang suami berhak untuk masuk ke dapur untuk masak, cuci piring, bersih-bersih dapur, berhak untuk beberes tempat tidur, belanja kebutuhan sehari-hari, menguras bak mandi, dan lain-lain perkara remeh temeh keluarga.Â
Seorang ayah juga berhak mengganti popok bayinya, membuat susu botol, menyiapkan makanan atau bekal sekolah  memandikan mereka, menyuapi, menemani belajar, membuat pe-er, mengajari berenang, naik sepeda roda 2, atau sekedar bermain uwel-uwelan di pagi hari.
Pada akhirnya semua kembali pada sang suami atau ayah untuk memilih, karena dialah yang menjalani. Memilih membuat istri kelimpungan atau istri yang bahagia? Memilih anak-anak yang kehilangan figur ayah atau anak-anak yang mengalami kepenuhan?
-Jakarta, 11-09-2021-
*bukan nama sebenarnya